EDITORIAL

Ramadhan, Momentum Kebersamaan Seluruh Warga

Pekan ini kaum Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Mungkin awal puasa akan berbeda di antara beberapa organisasi kemasyarakatan, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Mungkin juga akan sama. Tak masalah. Karena b

AUTHOR / KBR68H

Ramadhan, Momentum Kebersamaan Seluruh Warga
ramadhan, kebersamaan

Pekan ini kaum Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Mungkin awal puasa akan berbeda di antara beberapa organisasi kemasyarakatan, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.  Mungkin juga akan sama. Tak masalah. Karena bahkan jemaat Tarekat Naqsabandiah di Sumatera Barat pun sudah mulai menjalankan ibadah puasa sejak hari Minggu kemarin. Pemerintah sendiri bakal menggelar sidang isbat untuk menentukan awal Ramadhan pada hari Senin ini.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, perbedaan semacam ini tak pernah menjadi masalah besar. Masing-masing memaklumi dan menghormati perbedaan penafsiran tanpa harus larut dalam debat berkepanjangan. Dalam beberapa hal, perbedaan cara menentukan awal bulan puasa ini acap disampaikan dalam kemasan humor yang segar. Humor memang acap menjadi katup pengaman sebuah perbedaan. Hanya mereka yang memiliki rasa humor cukup, akan mampu  menjaga kewarasan berpikir di tengah ketidakwarasan kondisi sosial politik di sekeliling kita.

Sesungguhnya bulan puasa mestinya disikapi dengan lebih segar. Pada bulan penuh berkah ini, kita dituntut untuk lebih bisa menimbang perbedaan.
Maka agak aneh kalau justru di bulan Ramadhan ini muncul seruan macam-macam yang intinya minta permakluman. Misalnya, warung-warung makanan diminta tutup atau minimal menutup gerainya dengan kain agar makanan yang disajikan tak tampak dari luar.  Begitu pula tempat-tempat hiburan diminta tak beroperasi karena bisa mengganggu yang berpuasa.

Pertanyaan awam adalah bukankah justru di bulan puasa kita dituntut untuk lebih bisa menahan godaan? Kalau segala godaan itu dihilangkan, lantas di mana letak makna dari konsep menahan diri, menahan nafsu, menahan sabar?

Pada titik yang ekstrem, berkaca pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya, selalu ada kelompok-kelompok yang memaksakan kehendak dengan melakukan operasi polisional. Mereka menyapu, atau sweeping, warung-warung dan tempat-tempat hiburan. Mengobrak-abrik dan merusak properti orang lain, sementara polisi hanya diam. Bahkan tak jarang justru melakukan pengawalan.

Kita ingatkan, Indonesia adalah negara yang menjamin setiap warga negaranya mendapat perlindungan hukum yang sama. Apa pun agamanya. Apa pun keyakinannya. Tak boleh ada toleransi terhadap segala tindakan aparat dan kelompok-kelompok di masyarakat yang bertentangan dengan konstitusi. Prinsip ini harus jadi pegangan bersama, agar tak ada dominasi mayoritas atau tirani minoritas. Semua memilik hak yang sama. Titik. Tertib sipil adalah menjadi tugas kepolisian untuk menegakkannya, bukan kelompok milisi.

Kita ingin bangsa ini makin dewasa dalam bersikap dan bertindak. Kita sudah bersepakat untuk menjaga kebhinekaan dalam prinsip-prinsip yang diakomodasi dalam sistem demokrasi. Sekali lagi, alangkah indah kalau kita bisa menikmati bulan suci Ramadhan sebagai momentum kebersamaan seluruh warga bangsa. Bangsa yang mampu mengelola perbedaan sebagai sebuah kekayaan bersama.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!