EDITORIAL

Kematian Ibu Melahirkan Meningkat Lagi

Di tengah hingar bingar berita pemberantasan korupsi dan meningkatnya suhu politik jelang pemilu 2014, menyembul berita memprihatinkan yang tak boleh kita acuhkan begitu saja. Jumlah kematian ibu akibat melahirkan meningkat. Survei Demografi Kesehatan Ind

AUTHOR / KBR68H

Kematian Ibu Melahirkan Meningkat Lagi
ibu, kematian, melahirkan, bkkbn

Di tengah hingar bingar berita pemberantasan korupsi dan meningkatnya suhu politik jelang pemilu 2014, menyembul berita memprihatinkan yang tak boleh kita acuhkan begitu saja. Jumlah kematian ibu akibat melahirkan meningkat. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 menyatakan angka kematian ibu akibat melahirkan 228 tiap 100.000 kelahiran dan pada 2012, meningkat menjadi 340 kematian. Baru-baru ini malah kita dengar Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal menyatakan jumlah kematian ibu akibat melahirkan meningkat lagi menjadi 360-an tahun ini.

Fakta ini semakin menguatkan dugaan pemerintah bakal gagal memenuhi salah satu target pembangunan milenium 2015, yakni mengurangi angka kematian hingga ¾-nya atau menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran. Kalau mengacu pada hasil survei demografi kesehatan yang dirilis Badan Perencanaan Pembangunan Nasional beberapa tahun lalu, sebenarnya sempat terbersit kabar menggembirakan. Dari 390 kematian pada 1994, terus berkurang tiap tahun dan menjadi 228 pada 2007. Tapi setelah itu, angka-angkanya kembali menanjak, hingga sekarang.

Ada pertanyaan besar di sini. Kenapa angka-angka itu bisa kembali naik setelah beberapa tahun sebelumnya sempat menunjukkan tren menurun? Pemerintah harus segera bicara kepada publik tentang ini. Dan yang lebih mendesak lagi adalah segera ambil tindakan untuk menghentikan tabel grafik yang memburuk ini. BKKBN menyebutkan ada beberapa penyebab kematian, langsung atau tidak langsung. Yang langsung, misalnya karena pendarahan dan infeksi. Yang tak langsung seperti terlambat tiba di sarana kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan tenaga medis. Alasan-alasan terakhir ini yang tragis. Tapi itu tetap belum menjawab pertanyaan tadi, kenapa angkanya memburuk lagi?

Cerita lama daerah kekurangan puskesmas masih terdengar sampai kini di berbagai pelosok, terutama di kawasan Timur Indonesia. Begitu juga dengan tenaga kesehatannya, seperti dokter dan bidan. Belum lama ini, Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia menyatakan negeri ini membutuhkan sedikitnya 100 ribu bidan lagi. Idealnya, dalam setiap desa ada 3 bidan, tapi kenyataannya tak seperti itu. Padahal mereka adalah ujung tombak bagi pertolongan pertama ibu melahirkan. Menurut sebuah LSM internasional yang mengurusi masalah keluarga berencana, DKT, lebih dari 50 persen kelahiran di Indonesia ditangani oleh bidan.

Sangat mungkin, PR-PR lama seperti itu, langsung atau tidak langsung, andil dalam tingginya angka kematian ibu akibat melahirkan. Dan saat ini, pastinya ada puluhan ribu ibu hamil dan sebagian di antaranya butuh perhatian khusus agar bisa menjalani proses kelahiran dengan baik. Jangan sampai, kerisauan keluarga mereka ini, tenggelam dalam sunyi sendiri, tertimpa riuhnya berita-berita penangkapan pejabat ini dan itu karena sangkaan korupsi. Jika belum ada caleg yang safari ke daerah dan sama sekali belum menyinggung masa depan nasib mereka, patut juga kita kabarkan tentang nasib kaum ibu ini kepada para calon anggota dewan terhotmat itu. Patut juga kita mulai awas terhadap segala janji para tokoh yang sudah ancang-ancang mau ikut bursa pencapresan, agar tak melupakan persoalan yang satu ini.

Di atas semua itu, kabar meningkatnya angka kematian ibu melahirkan ini  mengisyaratkan negara masih gagal melayani kesehatan warganya. Dan itu tak boleh terus berlanjut.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!