DARI POJOK MENTENG

Saatnya Meningkatkan Tata Kelola Melalui Inovasi Pendidikan Dasar

Mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas serta mampu menamatkan pendidikan dasar adalah bagian dari impian anak bangsa. Tapi bagaimana mimpi itu bisa diwujudkan bila tata kelola pendidikan dasar belum baik.

AUTHOR / Vivi Zabkie

Saatnya Meningkatkan Tata Kelola Melalui Inovasi Pendidikan Dasar
pendidikan dasar, bec-tf

KBR68H-Mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas serta mampu menamatkan pendidikan dasar adalah bagian dari impian anak bangsa. Tapi bagaimana mimpi itu bisa diwujudkan bila tata kelola pendidikan dasar belum baik.  Melalui desentralisasi, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.


Menurut  Rektor Universitas Negeri  Surabaya Jawa Timur (UNESA), M Muklas Samani, pendidikan dasar sangat penting diperhatikan karena merupakan pondasi pendidikan. ”Kalau pendidikan dasarnya bagus, insya allah kemudian SMP-SMA nya gampang diurus. Tapi kalau dasarnya repot dan ruwet, nanti repot mendadaninya kembali. Kalau salah tak bisa balik lagi. Karena itu mesti hati-hati,” jelas Muklas.

Muklas mengkritik filosofi dalam pembuatan kebijakan pendidikan dasar yang masih keliru. Dia mencontohkan kebijakan penetapan kurikulum yang menekankan pada hasil bukan pada tujuan pendidikan.  ”Saya mengibaratkan pendidikan dasar itu seperti truk besar yang muatannya banyak dan truknya reot. Jadi ngopeni gak karu-karuan memang,”  kata dia. Karena itu menurut penting membuat inovasi dalam pengelolaan pendidikan dasar.  ”Kita harus kreatif, jangan tambal sulam. Oh di sini problem pokoknya, oh disini loh. Solusinya apa,” jelas Muklas soal pentingnya inovasi pendidikan dasar.

Muklas menceritakan sejumlah inovasi pembenahan pendidikan dasar yang dilakukan Universitas Negeri Surabaya lewat pendampingan terhadap sejumlah sekolah di Kota Pahlawan.  ” Harapannya upaya kami di sekolah ini bisa ditiru sekolah sekitarnya,” kata dia.

Inovasi untuk membenahi masalah pada pendidikan dasar lainnya  dilakukan Kabupaten Blora, Jawa Tengah.  Kabupaten ini menghadapi masalah dalam pengelolaan data pada sekolah yang kurang akurat. ” Padahal pendataan yang baik sangat dibutuhkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pelaporan-pelaporan dan pengambilan kebijakan yang sifatnya startegis, yang menyangkut pendidikan, termasuk perencanaan dan penganggaran,” cerita Kepala Dinas Pendidikan Blora Adi Purwanto dalam diskusi tentang program BEC-TF  di Hotel Utami,  Surabaya, 3 Maret 2013.   Masalah pendataan ini kemudian diselesaikan dengan mengadopsi aplikasi Tools for Reporting and Information Management by Schools (TRIMS) yang diprakarsai oleh Program Basic Education Capacity Trust-Fund (BEC-TF).

TRIMS merupakan aplikasi pendataan pendidikan berbasis Excell yang secara otomatis menyediakan bahan dan informasi indikator utama dalam pendidikan, termasuk capaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) pendidikanbagi sekolah/madrasah sertakabupaten, dalam bentukgrafik dan tabel.

Aplikasi ini dapat digunakan olehKantor Dinas Pendidikan untuk memonitor semua kondisi dan pencapaian SPM sekolah yang ada dibawah tanggung jawab dan kewenangan tugasnya. Bagi sekolah,aplikasi TRIMS memberi kemudahan dalam pengelolaan data dan menyusun perencanaan pengembangan sekolah.

Program TRIMS  menurut Adi  sangat menarik dan sesuai  dengan kebutuhan mereka. ” Kini data-data kami sudah lengkap, apakah itu jumlah murid, sarana prasara, kekurangan guru hingga distribusi guru. Masalah penilaian kinerja kepala sekolah kami bisa gunakan data ini,” cerita Adi soal manfaat inovasi yang mereka adopsi.

Keberhasilan pembenahan data ini membuat Dinas Pendidikan mendapat dukungan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang memutuskan melanjutkan upaya ini lewat penganggaran dana. ”Jadi program akan tetap lanjut meskipun program TRIMS yang masuk lewat progam hibah BEC-TF,” tambah Adi. 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!