BERITA

Jadikan Papua Sebagai Lumbung Sagu, Bukan Beras Apalagi Sawit

Tepung sagu di dunia harganya mahal. Di negara seperti Jepang dan China, tepung ini sangat dicari, untuk itu kita harus mengembangkannya.

AUTHOR / Eka Jully

Jadikan Papua Sebagai Lumbung Sagu, Bukan Beras Apalagi Sawit
Pati sagu kering (foto; wikipedia.org)

Papua tak hanya terkenal dengan Raja Ampat saja, tapi juga menyimpan potensi tanaman sagu. Sayangnya, belum banyak industri yang tertarik mengolah sagu, sehingga bahan pangan ini dianggap kalah kelas dibandingkan bahan pangan lain seperti beras.  Karena itu, sagu harus dikembangkan supaya naik kelas.

Hal ini juga dikatakan oleh bekas Tim Ahli Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat, Amiruddin. Menurutnya, potensi alam yang paling besar di Papua adalah sagu. Itu pun, kata dia, kalau pemerintah mau mendorong program keanekaragaman pangan terutama di daerah bagian selatan Papua, seperti di Sorong Selatan dan Merauke.


“Kalau kita mau mengembangkan sumber pangan dan tidak merusak lingkungan serta melibatkan warga di Papua, lebih baik kita kembangkan sagu  dibanding sawit atau  padi. Selain itu, wilayah Papua juga basah atau gambut, cocok  untuk ditanami sagu," ujarnya saat berbincang bersama KBR di program KBR Pagi, Kamis (17/9/2015).


Ia menambahkan, tepung sagu di dunia harganya mahal. Di negara seperti Jepang dan China, tepung ini sangat dicari. Ada beberapa perusahaan swasta yang berupaya menjadikan hutan sagu itu menjadi produktif. Perhutani juga sejak 2013-2014 mulai mengolahnya di wilayah Sorong Selatan. Sayangnya, pemerintah Papua belum serius menggali potensi sagu.


“Pemerintah pasif, hanya menunggu saja, padahal ini program nasional yang dibiayai  oleh APBN. Pemerintah  hanya menerima manfaatnya saja, tak melakukan sesuatu,” katanya.


Sagu termasuk bahan pangan dengan indeks glikemik rendah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Karena memiliki indeks glikemik rendah, sagu cepat mengenyangkan dan tahan lama tapi tidak menyebabkan kegemukan. Jepang, bahkan sudah mengembangkan sagu sebagai obat diabetes.


Pesta Sagu


Karena ingin menggali dan memasyarakatkan sagu, akan digelar “Pesta Sagu” bersama masyarakat Papua yang ada di Merauke, Nabire, Jayapura, Sorong dan masih banyak lagi. Pesta ini digerakkan oleh “Papua Itu Kita”.

Panitia penyelenggara, Frangky, mengatakan Ini adalah bentuk kritik atas rencana pemerintah yang bakal menjadikan Papua sebagai lumbung kelapa sawit dan padi, bukan sagu. Acara yang mengusung tagline “Mari Tong Makan Rame-rame Papeda” juga dimeriahkan dengan  pemutaran film The Mahuzes dan musik dari Papua Folk Blues.

Kegiatan ini akan berlangsung 22 September 2015, di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, pukul 06.00- 19.00 WIB.   


“Di  pesta sagu ini, kami akan memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan tradisi orang-orang Papua terkait tanaman sagu yang menjadi sumber pangan masyarakat pesisir Papua.” jelasnya.

 


Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!