Article Image

BERITA

Rumah Inspirasi, Memupuk Toleransi dan Melawan Diskriminasi sejak Dini

Kegiatan belajar mengajar di Inspiration House. (Foto: KBR/Taufiq Hidayat)

Anda pernah berkunjung ke rumah ibadah agama lain? Anak-anak dari kelompok Inspiration House Cirebon ini sudah lho. Kelompok yang terdiri dari anak muda lintas iman ini belajar langsung soal keberagaman dengan mengunjungi rumah ibadah agama lain. Mereka juga aktif mengajar anak-anak dari kelompok yang terpinggirkan soal indahnya keberagaman. Jurnalis KBR Valda Kustarini bertemu anak-anak ini di Cirebon.

KBR, Cirebon - Sekitar 50-an anak duduk berderet memenuhi ruangan Badan Perwakilan Kampung (Baperkam) Larangan, Cirebon.

Materi hari ini: Pancasila.

Pengajarnya, sukarelawan dari Inspiration House Cirebon.

Cici Situmorang, sang pendiri, menceritakan tantangan yang dihadapi saat membangun komunitas ini.

"Saya ditelepon teman saya. 'Cici kamu bikin kegiatan ya? Bikin kegiatan yang berpengaruh sama agama. Kamu melakukan kristenisasi ya?" kata dia.

Cici adalah Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Catur Insan Cendekia Cirebon.

Ia mendirikan komunitas ini pada 2015 karena pernah merasakan jadi korban diskriminasi berbasis suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).

Saat itu tahun 2016, ketika Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tersangkut kasus penodaan agama.

Cici ikut kena imbasnya: dituding melakukan kristenisasi.

"Saya kaget, yang mana ya? Saya emang kebetulan aktif di kampus, dan juga berprestasi. Ternyata saya ini pergerakan ini sudah mulai terlihat. Hanya berdoa bersama tapi memang kita bergandengan tangan, tapi menurut mereka itu bagian dari kristenisasi. Wah saya bahaya nih," kata dia.

Sejak itu, Cici semakin mantap untuk memerangi diskriminasi.

Cici Situmorang Pendiri InspirationHouse (Foto: KBR/Taufiq Hidayat)

Bersama 13 sukarelawan – yang semuanya perempuan – Inspiration House mengajarkan anak-anak tentang pentingnya toleransi dan keberagaman.

"Saya ingin gak ada diskriminasi. Jadi saya ingin anak-anak dari tempat itu ada orang-orang hebat biar pun mereka itu mereka berbeda agama, berbeda ekonomi saya ingin ada orang-orang hebat dari situ," ujar perempuan berusia 33 tahun ini.

Total ada 200-an anak yang belajar bersama Inspiration House.

Mereka tinggal di daerah miskin di Kecamatan Harjamukti.

Belajar Pancasila, keberagaman sampai Matematika dan Bahasa Inggris.

Fatah dan Jefri sudah belajar bersama di sini selama setahun.

"Senang, bisa Bahasa Inggris, dapat banyak ilmu, bisa bahasa yang lainnya. Dulunya saya nggak bisa perkalian, tapi setelah belajar di sini tuh saya bisa," tutur Fatah yang masih duduk di kelas 3 SD.

Jefri pun mendapat penjelasan lebih gamblang tentang Pancasila.

"Karena semuanya diceritakan. Jadi menghargai orang lain, gak boleh bedakan agama, menghormati orang tua, menolong teman yang sedang kesusahan, bermusyawarah, bergotong royong," kata Jefri, pelajar kelas 1 SMP.

Anak-anak Inspiration House belajar Pancasila, Keberagaman, serta materi sekolah seperti Matematika dan Bahasa Inggris (Foto: KBR/Taufiq Hidayat)

Tak hanya anak-anak, para sukarelawan juga belajar langsung soal menerima perbedaan di Inspiration House.

Wulan Eka Yunita pernah menyimpan stigma negatif terhadap pemeluk agama lain.

"Alhamdulillah ketika masuk Inspiration House sudah mengenal ternyata semua orang itu tergantung orangnya ya baik atau enggaknya bukan suku ras, dan agamanya," kata Eka.

Sementara Tyrza Estevania Krisanta yang berusia 22 tahun ini sempat khawatir, kelompok minoritas tak diterima di sini.

"Saya sempat mikir gini di Inspiration House, 'gila gua jadi orang Kristen, Cina lagi, double ini', karena kan yang disoroti sama masyarakat yang bisa dibilang belum memiliki nilai-nilai toleransi dalam kehidupan mereka," kisah Tyrza.

Kini Tyrza justru belajar hal baru: berani menyuarakan keberagaman.

"Dulu itu jujur sedikit takut ya. Ini kan berbicara soal keberagaman yang oleh golongan tertentu itu tidak mudah diterima. Cuma saya sekarang pandangannya, ‘oh ternyata itu yang diperlukan’. Jadi, ketika saya sudah bergabung dan sudah menjalankan di Inspiration House, inilah yang akan menjadi kebutuhan bangsa masa depan."

Misi utama Inspiration House adalah mengajarkan keberagaman sejak dini.

Sebelum pandemi Covid-19, salah satu kegiatan yang kerap mereka lakukan adalah Harmoni Kids Trip.

"Itu kita pergi ke rumah-rumah ibadah, tapi satu tahun setengah ini karena pandemi, nggak bisa pergi. Kita pergi ke gereja, ke vihara, itu ada pernah diliput juga. Ke tempat budaya kita datengin juga. Karena menurut saya, toleransi gak cuma soal agama, tapi bagaimana budaya itu harus dikenalkan. Di keraton juga ada putri Tionghoa yang menjadi istrinya Sunan Gunung Jati, itu saya perkenalkan ke mereka." terang Cici.

Kunjungan ke gereja dalam program Harmoni Kids Trip sebelum pandemi (Foto: Dok Inspiration House)

Cici mengakui, masyarakat Indonesia yang beragam berpotensi jadi sumber diskriminasi oleh kelompok intoleran.

Karena itulah, anak-anak justru harus didorong untuk merayakan perbedaan dan keberagaman.

"Bersyukurlah kalau kita berbeda. Karena kalau kita berbeda, adik-adik bisa merasakan punya teman yang berbeda, kita bisa punya hal-hal menarik yang bisa dipelajar. Lalu adik-adik ingat, Tuhan itu mengajarkan kita berbeda, tapi bukan berarti kita nggak bisa saling mengasihi,"

"Seperti pelangi, ada warna merah, kuning, hijau indah, seperti itulah adik-adik di seluruh Indonesia. Yuk sama-sama adik-adik cintai Indonesia, cintai bangsa kita, cintai keberagaman, dan teruslah bertoleransi. Karena indonesia itu hebat," pungkas Cici.

Penulis: Valda Kustarini

Editor: Citra Dyah Prastuti