BERITA

Mentan: Keluar dari WTO, Tidak Masalah...

"KBR68H, Jakarta - Forum WTO di Bali tengah terjadi perdebatan tentang angka subsidi pertanian bagi negara berkembang."

Doddy Rosadi

Mentan: Keluar dari WTO, Tidak Masalah...
WTO, Bali, suswono, subsidi pertanian

KBR68H, Jakarta - Forum WTO di Bali tengah terjadi perdebatan tentang angka subsidi pertanian bagi negara berkembang. Indonesia mengupayakan agar angka subsidi pertanian sebesar 15 persen dari total produksi. Sementara negara maju maunya dibatasi di angka 5-10 persen. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan subsidi pertanian dan bagaimana posisi Indonesia soal ini? Simak perbincangan penyiarKBR68H Agus Luqman dan Nanda Hidayat dengan Menteri Pertanian Suswono dalam program Sarapan Pagi.

Apa yang dimaksud dengan subsidi pertanian ini seperti apa?

Ini usulan dari G33 ya. Memang ini masalah pertanian ini baru mencuat lagi untuk dibahas setelah cukup lama dari mulai perundingan di Doha yang sempat deadlock dan sekarang coba diangkat. Kaitan dengan stock holding sebetulnya yang lebih ditonjolkan adalah menyangkut masalah kesediaan pangan untuk suatu negara yang disubsidi. Stoknya itu sekarang sampai 10 persen, Indonesia sendiri kalau Bulog dalam kaitannya untuk raskin 7-8 persen saja, masih kecil. Tapi ini ada usulan dari G33 untuk menaikkan sampai ke 15 persen untuk stok pangan.

Apa kaitannya dengan misalnya subsidi untuk petani atau pasokan?

Kalau subsidi justru kita mengusulkan kepada negara-negara maju supaya tidak ada subsidi ekspor untuk para petaninya. Karena justru negara maju sudah sangat efisien, ketika harus disubsidi lagi praktis ketika dia harganya jauh lebih murah kemudian dia bisa menyerbu ke negara-negara berkembang sementara produk-produk petani negara berkembang menjadi kalah bersaing. Justru ini yang kita dorong untuk negara maju itu tidak melakukan subsidi untuk para petaninya, khususnya biaya ekspor.

Untuk memperjuangkan angka 15 persen di forum WTO apa langkah yang dilakukan Indonesia? apakah juga akan merangkul negara-negara berkembang lain seperti Brazil atau India?

WTO ini Pengambilan keputusannya bulat. Artinya kalau satu negara saja ya tidak bisa diambil keputusan, jadi mekanismenya seperti itu.

Bisa jadi deadlock lagi?

Dalam arti mungkin tidak ketemu bisa saja seperti itu. Karena memang ini mempertemukan antara kepentingan negara maju dengan negara berkembang, apalagi juga ada negara yang masuk dalam kategori negara terbelakang tentu saja memang kepentingannya sangat berbeda. Seharusnya yang banyak toleran mestinya negara-negara maju.

Angka 15 persen itu sudah sangat mutlak atau masih bisa dinegosiasikan?

Ini usulan dari India sebetulnya munculnya, Indonesia pada dasarnya mendukung untuk kaitan melindungi masyarakat miskin terutama di negaranya. Seperti India dengan jumlah penduduk yang 1,2 miliar ya tentu saja memang sangat rawan kalau stok pangannya minim. 

Seandainya kalau 15 persen usulan India ini disetujui apa untungnya bagi Indonesia terutama bagi para petani?

Jadi ini stock holding ini dalam kaitannya untuk perlindungan, memberikan subsidi untuk masyarakat miskin. Sehingga beras yang katakanlah seperti di Indonesia ini disubsidi ya, sehingga dia membeli beras raskin yang relatif murah. Jadi untuk melindungi masyarakat miskin seperti ini saya kira ini sangat masih diperlukan di suatu negara yang penduduknya cukup besar dan masyarakat miskinnya relatif banyak. Oleh karena itu kita akan terus mendialogkan untuk bisa memahami dan juga tidak ada batas waktu. Karena memang negara maju menginginkan katakanlah ada persentase tapi juga dia menginginkan supaya ada batas waktu dalam waktu berapa lama, ini sangat relatif.
 
Ada desakan-desakan agar Indonesia keluar dari WTO karena dianggap terlalu banyak merugikan kita. Bagaimana?

Sejauh ini karena tujuan dari perdagangan ini dalam rangka untuk perdagangan yang adil, saling menguntungkan. Kalau semangatnya itu ada mestinya ada titik temu, sekali lagi kalau memang untuk perdagangan yang adil saya yakin pasti akan ada titik temu. Jadi saya kira tinggal intensitas untuk dialog yang konstruktif, kalau ini jalan ada titik temu saya kira bisa diambil satu keputusan bersama. Tetapi kalau toh tidak ya juga tidak masalah, artinya kita masih bisa membangun hubungan bilateral antarnegara, perdagangan itu. Misalnya ada satu keunggulan Indonesia apa kemudian negara lain keunggulannya apa kan kita tinggal barter saja.
 
Ini akan disampaikan kepada negara-negara maju dalam forum WTO sebelum tanggal 6 nanti?

Iya tentu saja ini memang bagian yang terus didiskusikan.        
      


  • WTO
  • Bali
  • suswono
  • subsidi pertanian

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!