BERITA

Waspadai Eksploitasi Seksual Komersial Anak Dalam Pesta Olahraga

"Perhelatan cabang multievent kerap kali bukan hanya menghadirkan cerita perjuangan atlet yang bertanding, namun juga terdapat sisi kelam yang melibatkan anak-anak di dalamnya."

Yogi Ernes

Ilustrasi
Ilustrasi

KBR, Jakarta - Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia tengah demam Asia Games 2018 dijadwalkan akan berlangsung hingga 2 September di Jakarta dan Palembang. Pesta olahraga se-Asia ini akan meningkatan jumlah kunjungan wisatawan, yang akan memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. 

Namun, di sisi lain pariwisata, terutama di Asia Tenggara sering dikaitkan dengan eksploitasi dan perdagangan seksual. Andy Ardian selaku Program Manager ECPAT Indonesia mengatakan pesta olahraga besar yang banyak mendatangkan wisatawan termasuk atlit dan official ini membuat anak rentan dieksploitasi. 

"Sisi gelap dari cabang multievent ini juga bisa memiliki potensi buruk bagi keselamatan anak-anak, khususnya di Indonesia yang saat ini menjadi tuan rumah pesta olahraga Asian Games 2018," jelasnya dalam program Ruang Publik KBR (27/08/18). 

Dia mengatakan 170 ribu wisatawan asing dan 10 ribu atlet dan official tim yang datang ke Indonesia membuka peluang terjadinya bentuk eksploitasi seksual komersial terhadap anak.

Ada dua faktor utama yang memungkinkan terjadinya eksploitasi seksual komersial terhadap anak ini kata Andy. Faktor pertama adalah orang-orang yang datang ke tempat asing dengan niat jahat mencari jasa seksual anak. Kedua, memang ada tempat-tempat yang sudah menyediakan layanan ini dengan mudah.

“Jadi kita melihat dengan datangnya banyak orang dari luar negeri atau luar kota membuat posisi anak-anak lebih rentan menjadi korban eksploitasi seksual dari orang-orang yang memang datang untuk mencari hal tersebut,” jelas Andi.

Andy juga menjelaskan meski untuk perhelatan ASIAN GAMES ini belum ada laporan dan dia berharap tidak akan ada, bukan berarti peluang terjadinya hal itu tidak ada. Pemicunya kata dia minimnya perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah. 

“Ketika kita berbicara tentang eksploitasi seksual terhadap anak di Indonesia, kita harus sadar bahwa sampai saat ini kita belum punya UU Prostitusi Anak. Meski hal tersebut dilarang kita masih bisa melihat anak-anak dalam lingkaran prostitusi dengan tampilan yang sedikit dibedakan dari umur aslinya,” tambahnya.

Program Manager ECPAT Indonesia, Andy mengatakan berdasarkan temuan mereka di lapangan, kadang orang-orang yang berada dalam lingkaran industri pariwisata ikut terlibat. 

“Bahkan para oknum supir becak, taksi, dan pegawai hotel kerap kali menawarkan jasa tersebut kepada wisatawan yang datang,” katanya.

Ada beberapa penyebab mengapa anak bisa terjerat eksploitasi seksual komersial. Antara lain yaitu faktor pola asuh yang salah dari keluarga, pendidikan seksual yang tidak diberikan dalam keluarga, dan trauma seksual di masa lalu. 

“Jadi para anak-anak ini pernah di-abused pada masa kecilnya sehingga merasa tidak memiliki kehormatan lagi dan memilih masuk secara sukarela ke dalam prostitusi anak”, ujar Andy.

Untuk memutus rantai kejahatan eksploitasi seksual ini selain tentunya peran pemerintah, masyarakat pun harus aktif berpastisipasi kata Andy. 

Ia mencontohkan ketika Brazil menjadi tuan rumah piala dunia 2014, terdapat laporan 124 ribu kejahatan, di mana 24% diantaranya adalah bentuk pelecehan. Dia mengatakan di Indonesia pun sudah ada nomor yang bisa digunakan untuk pengaduan.

“Bagi masyarakat yang ingin melaporkan kejahatan seksual terhadap anak bisa melapor ke nomor polisi 112, call center 1 500 771. Ini adalah nomor telepon Pelayanan Sosial Anak yang dibawahi oleh Kementerian Sosial,” tutup Andy.

 Editor: Vitri Angreni

  • Eksploitasi Seksual Komersial Anak
  • ECPAT Indonesia
  • Olahraga
  • wisatawan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!