BERITA

Saling Sindir Mafia Minyak, Haji & Quran di Debat Capres

"KBR, Jakarta - Saling sindir soal kasus korupsi di debat calon presiden dan wakil presiden, Sabtu (5/7) malam ini sangat seru. Itu diawali dari pertanyaan capres nomor urut 2, Jusuf Kalla."

Pebriansyah Ariefana

Saling Sindir Mafia Minyak, Haji & Quran di Debat Capres
prabowo, hatta, jokowi, Jk

KBR, Jakarta - Saling sindir soal kasus korupsi di debat calon presiden dan wakil presiden, Sabtu (5/7) malam ini sangat seru. Itu diawali dari pertanyaan capres nomor urut 2, Jusuf Kalla.


JK bertanya soal pidato Prabowo Subianto di Bandung beberapa waktu lalu. Prabowo menyebut ada pihak yang menjadi ancama karena di sana ada maling energi, beras dan minyak. Kubu Jokowi-JK tersinggung. Pihak mana yang dimaksud Prabowo?


Prabowo pun menjawab, itu dari pihak siapapun. Sebab menurutnya negara ini hancur karena banyak mafia yang menggrogoti uang rakyat.


"Kita sudah lama jadi orang Indonesia. Proses demokrasi kita itu kita tahu, jual beli suara. Bahwa roh demokrasi sedang dirusak oleh macam-macam, bisa dipartai saya. Saya tidak bilang di partai saya tidak ada maling. Ini fenomena, siapa tahu di partai bapak ada juga," jelas Prabowo.


Wakil Prabowo, Hatta Rajasa ikut menanggapi. Kata Hatta, mafia-mafia itu sudah ditangkap KPK. Maka tidak perlu dipermasalahkan. 


Namun JK memperjelas mafia-mafia yang ditangkap KPK itu di antaranya mafia haji yang menjerat Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, korupsi Al-Quran, dan juga korupsi BP Migas. Kesemua kasus korupsi itu menjerat partai pendukung koalisi Merah Putih, Prabowo-Hatta.


"Karena pidato bapak di kampanye ada pihak, nah kita kan cuma ada 2 pihak. Saya merasa itu pihak kita. Soal pendapat Pak Hatta, mafia haji, minyak, sudah di tangkap KPK. Allhamdulillah tidak ada di sini (Koalisi Jokowi-JK)," jelas JK.

  • prabowo
  • hatta
  • jokowi
  • Jk

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!