ARTIKEL PODCAST

Yang Muda, yang Bangun Desa

Inisiatif Desamind bertujuan mendorong kemunculan local heroes di desa-desa

AUTHOR / Naomi Lyandra

EDITOR / Ninik Yuniati

Google News
Yang Muda, yang Bangun Desa
Sesi pengenalan teknologi virtual reality ke siswa sekolah MIM Akhlaqul Karimah Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah, pada Januari 2025. Ini bagian dari acara DesamindFast. (Foto: dok Desamind)

KBR, Jakarta - Peran vital desa dalam kemajuan bangsa semakin diakui. Banyak kebijakan maupun program pemerintah yang fokus pada pembangunan desa. Namun, dari sekitar 75 ribu desa di Tanah Air, baru 17 ribuan yang masuk kategori desa mandiri, berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) Kementerian Desa 2024.

Masih banyak desa yang sulit berkembang karena minimnya SDM. Desa ditinggalkan orang-orang mudanya untuk mencari penghidupan layak di kota. Realita ini membuat miris Hardika Dwi Hermawan, orang muda Desa Cipaku, desa kecil di Purbalingga, Jawa Tengah.

Saat berkuliah di University of Hongkong, ia mendapati banyak orang muda diaspora yang asalnya dari desa. Namun, sedikit dari mereka yang peduli dengan kondisi desanya. Bermula dari keresahan ini, Hardika menggagas “Desamind Indonesia Foundation”.

"Desamind hadir sebagai upaya untuk membuka aksesibilitas dan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat, terutama di level akar rumput, agar pembangunan desa tidak hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang," jelas Hardika.

Salah satu program Desamind adalah beasiswa bagi orang-orang muda desa untuk mengenyam pendidikan tinggi. Mereka juga didorong untuk bisa berkarya di desanya. Lalu Junaedi Halki, termasuk yang mendapatkan Beasiswa Desamind 3.0 pada 2023. Ia memperoleh dukungan untuk mengembangkan alat yang dapat meningkatkan kualitas madu di desanya.

Hardika bilang, sosok seperti Halki diharapkan bisa menjadi “local hero” yang mampu menginisiasi pembangunan desa. Ia ingin makin banyak orang muda tak hanya jadi aktivis di kampus, tetapi juga aktivis di desa masing-masing.

"Hingga saat ini, sudah ada 30 penerima beasiswa dari berbagai daerah, mulai dari Aceh, Jawa, hingga NTB. Kami berharap para penerima beasiswa ini dapat mengembangkan potensi desa mereka dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan," kata Hardika.

Hardika yang juga penerima beasiswa LPDP ini, menekankan pentingnya mengubah cara pikir (mindset) orang muda tentang desanya. Mereka harus digugah keresahannya sehingga tergerak untuk aktif berkontribusi membangun desa.

"Desamind = desa dan mindset. Kita perlu mengubah cara berpikir, membuka diri, dan melihat bahwa masalah di desa adalah masalah kita bersama. Ini bukan hanya soal perasaan, tapi juga soal tindakan nyata yang bisa kita lakukan," tegas Hardika.

Baca juga:

Energi Bersih Mikrohidro, Emasnya Batu Sanggan

Wajah Panggungharjo, Desa Antikorupsi Pertama di Indonesia

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!