ARTIKEL PODCAST
"Pentingnya Advokasi Mental Health"
KBR, Jakarta- Gangguan kesehatan mental bisa terjadi pada siapa saja. Tak terkecuali buat orang-orang yang paham dan cukup terpapar pengetahuan mengenai kesehatan mental.
Inilah yang ditekankan oleh Shafa Ashrina Lubis, seorang penyintas depresi yang sekarang aktif sebagai advokat mental health.
"Aku pertama kali depresi, aku udah jadi konten kreator. Aku udah lulus psikologi, udah masuk Into The Light. Jadi waktu itu, aku melewati masa yang sulit di hidupku. Setelah ke psikolog aku mendapat diagnosa gangguan depresi dan gangguan cemas," ungkap Shafa dalam Podcast Disko "Diskusi Psikologi".
Baca juga:
- Tren Konseling ke Psikolog Online, Efektif?
- Story of Gery, Penyintas Skizofrenia Melawan Stigma
- Cerpen Bertema Mental Health Lagi Ngetrend
Kalian tau gak sih, kalau depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Kalau dibiarkan, depresi bisa menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk mengakhiri hidup.
Beberapa tanda seseorang mengalami depresi adalah rasa cemas dan khawatir yang berlebihan, emosi yang tidak stabil, serta rasa putus asa atau frustrasi. Selain itu juga selalu merasa lelah dan tak bertenaga, pusing dan nyeri tanpa penyebab yang jelas, serta menurunnya selera makan.
Namun jika anda merasakan beberapa tanda di atas, sebaiknya anda tidak mendiagnosa diri namun segera mencari pertolongan profesional dengan mengakses layanan kesehatan mental terdekat.
Shafa Ashrina Lubis mengaku, ketika mengalami depresi, ada banyak ketakutan yang menghampiri dirinya.
"Aku merasa, banyak hal yang mestinya buat aku enjoy, tapi jadi gak menarik lagi. Kayak baca buku, takut ke-trigger. Aku olahraga males, males gerak. Males kerja, males ketemu teman. Dan merasa, this is not Shafa Lubis," paparnya.
Di saat semua itu terjadi, dan Shafa merasa ini bukanlah dirinya lagi. Terlebih dia sering membicarakan perihal kesehatan mental, dan dia pun pergi menemui tenaga ahli.
Menanggapi ini, Psikolog klinis di Personal Growth, Mutiara Maharini mengapresiasi apa yang dilakukan Shafa. Karena dia tidak hanya berani mengadvokasi soal kesehatan mental. Tapi juga berani untuk mengakses layanan kesehatan mental dan mengakui kalau dirinya membutuhkan bantuan ahli terkait kondisinya.
"Gejala utama depresi itu memang, salah satunya kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya, terasa menyenangkan buat kita. Jadi kalau ada yang merasakan kayak gitu, boleh pelan-pelan cari tau dan cari bantuan. Jangan sampai self diagnose," kata Mahari.
Meski dia aktif sebagai advokat mental health, Shafa tidak memungkiri, kalau stigma masih didapatkannya. Menghadapi ini, Shafa mengedukasi orang di sekitarnya, bahwa ini adalah kebutuhannya. Dan, tidak masalah mencari bantuan sampai ke psikiater.
"Jadi ada aja stigma, bahkan dari keluarga sendiri. Kalau dari luar ada banget. Banyak yang bilang kayak, jadi loe depresi padahal ingin jadi psikolog. Terus aku kayak, jangan menganggap kalau psikolog itu bukan manusia. Mereka mungkin juga butuh terapi di saat mereka butuh. Apalagi konten kreator," ucapnya.
Dia pun makin giat membuat konten-konten edukasi kesehatan mental. Menurutnya, advokasi yang dilakukannya, dapat berdampak penting meski bagi segelintir orang sekalipun. "It matters even for one person," tegasnya.
Ia kemudian bercerita pengalaman follower-nya yang bersaksi bahwa konten Shafa menolong hidupnya.
Konten ini dibuat oleh KBR Media dengan pendanaan dari Social Impact Reporting Initiative Project WAN IFRA Women in News, berdasarkan kebijakan dan panduan editorial KBR Media, dengan tetap mempertahankan independensi editorial KBR Media.
Buat lebih tau soal cerita advokasi dari Shafa Ashrina Lubis seorang penyintas depresi yang sekarang aktif sebagai advokat mental health. Yuk dengarkan podcast Diskusi Psikologi di link berikut: