"Misal ada yang mau ambil untuk kerajinan atau apa, monggo silahkan gratis, kita malah seneng,”
Penulis: Musyafa
Editor:

KBR, Rembang- Puncak panen jagung di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mengakibatkan melimpahnya limbah janggel atau bonggol jagung setelah dipipil. Bahkan para petani sampai kesulitan mencari tempat untuk pembuangan.
Suyono, seorang petani jagung di Desa Suntri Kecamatan Gunem mengatakan janggel tidak laku dijual. Kalaupun dipakai untuk bahan bakar memasak, harus dijemur dulu sampai kering.
“Warga lebih enak tetap pakai gas elpiji mas. Kadang kalau janggel kering dipakai untuk bahan bakar merebus air,” tuturnya, Selasa (12/03).
Lantaran kesulitan mencari lokasi pembuangan, petani akhirnya membuang janggel di pinggir-pinggir jalan. Jumlahnya menumpuk sangat banyak, sehingga mengganggu lingkungan.
“Kalau dekat lahan tegalan ya dibuang ke lahan. Nanti kalau cuaca panas, baru dibakar. Misal ada yang mau ambil untuk kerajinan atau apa, monggo silahkan gratis, kita malah seneng,” imbuh Suyono.
Baca juga:
- Harga Jagung Naik, Peternak dan Produsen Pakan Ayam Sambat
- Harga Pakan Meningkat, Peternak Ayam Ingin Subsidi
Suyono, petani jagung di Desa Suntri Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, menambahkan hasil panen jagung tahun ini relatif menurun, karena serangan hama ulat.
“Biasanya kalau kita nanam benih 10 pres dapat panen 4 ton, sekarang antara 2 – 3 ton,” terangnya.
Sedangkan dari sisi harga, pada panen raya mulai turun. Harga sempat menembus Rp 4.200, kemudian merosot hingga Rp 3.300 per Kg.
“Kalau harga 4 ribu, petani dapat hasil lumayan itu, bagus. Tapi kalau hanya 3 ribu, masih agak rugi. Cuman yang 3.300 ini, kelihatannya mulai naik lagi,” imbuh Suyono.
Komoditas jagung dari Kabupaten Rembang selama ini dikirim ke berbagai daerah, seperti Blora, Grobogan dan Semarang. Paling banyak untuk bahan pakan ternak dan industri makanan olahan.
Editor: Rony Sitanggang