Siniar tentang kader Posyandu mengantarkan Cornelia Wendelina raih Juara 1 AKJSAS 2025 kategori audio yang digelar CISDI.
Penulis: Daryl Arshaq Isbani
Editor: Don Brady

KBR, Jakarta - Ini tahun yang menyenangkan untuk Cornelia Wendelina, jurnalis KBR. Dia baru saja memenangkan Juara I kategori siniar di Anugerah Karya Jurnalisme Sensitif Anak dan Sosial (AKJSAS) 2025. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI). Kemenangan Cornel diumumkan di Festival Berani Sehat pada Minggu, 27 Juli 2025.
Sebelumnya, Cornel meraih juara 3 di Anugerah Jurnalisme Inklusif (AJIF) 2025 kategori audio yang diselenggarakan oleh Medialink.
Kali ini Cornel, nama sapaannya di kantor, mengangkat cerita soal kader Posyandu, dengan judul “Ikhtiar Memperkuat Kader Posyandu, Ujung Tombak Layanan Kesehatan Masyarakat”. Karya ini hadir dalam bentuk podcast dan artikel di website KBR.ID.
AKJSAS 2025 sendiri merupakan ajang tahunan yang mengapresiasi karya-karya jurnalistik yang peka terhadap isu-isu anak dan sosial, khususnya yang berkaitan dengan layanan kesehatan primer. Melalui penghargaan ini, CISDI mendorong jurnalis untuk turut serta memperkuat narasi publik seputar kesehatan berbasis komunitas dan partisipasi masyarakat.
Selain Cornelia, jurnalis lain dari KBR ikut memenangkan penghargaan di Anugerah ini, yaitu Ninik Yuniati yang meraih juara 2 di kategori siniar, dengan judul karya “Bersama Mendorong Layanan Kesehatan Reproduksi Ramah Disabilitas”.
Pengalaman Pertama yang Bermakna
“Ini karya indepth pertama saya untuk podcast Saga,” kata Cornel. “Dan lumayan terintimidasi juga di awal.”
Saat turun langsung ke lokasi Posyandu di Depok, Cornel sempat bingung soal audio apa saja yang perlu diambil. Ia sempat menyiapkan beberapa pertanyaan sebelum turun liputan, namun tidak semuanya bisa digunakan. Di lapangan, ia merasa perlu mengubah pendekatan agar bisa menggali cerita yang lebih mendalam.
Tapi yang paling menggugah Cornel adalah kesempatan bertemu langsung dengan para kader Posyandu ini.
“Awalnya mereka hanya ingin keluar dari rutinitas yang monoton. Tapi setelah jadi kader, terlihat sekali kalau semangat mereka sangat luar biasa.”
Dalam liputan nya, Cornel menyoroti kader-kader Posyandu yang rela bekerja tanpa gaji tetap dari pemerintah. Mereka hanya menerima bonus dari CISDI, sebagai organisasi yang mendampingi program ini, namun tetap menjalankan tugas dengan semangat dan dedikasi tinggi.
Baginya, dedikasi para ibu kader ini adalah bentuk ketulusan yang layak diangkat ke permukaan.
“Apa yang mereka lakukan sangat mulia. Aku berharap aktivitas mereka bisa lebih diapresiasi oleh pemerintah,” kata Cornel.
Cornel berharap karyanya bisa menjadi jembatan pemahaman bagi banyak orang.
“Kader ini sering kali diabaikan. Saya ingin masyarakat bisa melihat para kader kesehatan sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan lingkungan,” kata Cornel.
Cornel mengatakan, karya jurnalistik yang dibuatnya adalah pengingat bagi diri sendiri bahwa jurnalisme yang berdampak itu tidak harus selalu besar dan gaduh. “Kadang kisah kecil di tengah masyarakat justru menyimpan kekuatan yang menggerakkan.”
Kamu bisa mendengarkan podcastnya di sini, lalu membaca artikelnya di sini.
“Aku tunggu orang-orang cerdas dan peduli untuk simak ceritanya,” kata Cornel penuh semangat.
Baca juga: Perusakan Rumah Doa GKSI Padang: Pelanggaran Berat Hak Anak dan Ujian Toleransi Bangsa