Kebanyakan pengguna inkubator rumahan ini berasal dari kalangan tak mampu
Penulis: Aika Renata
Editor:

KBR, Jakarta- Dalam laporan yang berjudul 'Born Too Soon, The Global Action Report on Preterm Birth' (2012) Badan Perserikatan Bangsa-bangsa PBB menyebutkan, 15 juta bayi lahir prematur setiap tahun di seluruh dunia. Di antaranya, lebih dari satu juta bayi meninggal karena komplikasi akibat lahir prematur. Indonesia pada 2010 menempati peringkat ke-5 negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia.
Tingginya angka kelahiran bayi prematur dan terbatasnya kemampuan orang tua untuk mengakses fasilitas kesehatan untuk merawat bayi prematur memunculkan gagasan peminjaman inkubator rumahan. Berawal dari inkubator rusak, Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer menciptakan inkubator sendiri.
Dia memulai risetnya pada tahun 1989. Kini lebih dari 120 inkubator gratis bernama "Grashof" itu telah dipinjamkan pada keluarga kurang mampu. " Sejauh ini sudah bisa ditemui di 31 kabupaten/kota di Indonesia." tutur Prof. Raldi di program perbincangan Ruang Publik, Jumat (15/4/2016).
Dosen Universitas Indonesia ini mengaku prihatin dengan mahalnya perawatan NICU sehingga tak semua orang tua mampu mengakses fasilitas itu. "Di Jakarta misalnya, perawatan NICU paling murah menghabiskan 2,5 juta rupiah per hari."
Akibat tak sanggup bayar, kata dia, orang tua terpaksa membawa bayinya pulang. "Daripada tidak dapat pertolongan, peminjaman inkubator ini bisa membantu menghangatkan bayinya. Biasanya kemudian keadaan bayi membaik."
Inkubator Grashof dirancang khusus agar mudah dibawa (portable) dan mudah ditempatkan dalam ruang sempit sekalipun. Dengan berat 13 kilogram dan kebutuhan listrik 50 watt saja, penggunaan inkubator juga cukup mudah. "Tinggal pencet On dan Off. Suhu inkubator stabil sebab ada thermostatnya. Jadi jangan khawatir terlalu panas. Apalagi kulit anak terbakar." jelas pria berbaju batik cokelat itu.
Untuk menjamin keamanan, Inkubator Grashof juga sudah melewati uji kualitas oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
Raldi mengatakan, tak ada syarat khusus untuk bisa meminjam inkubator ini. Waktu peminjaman pun dapat dilakukan hingga bayi sehat dan memenuhi berat badan normal, yaitu 2,5 kilogram. "Rata-rata peminjaman bisa 1,5 bulan sampai 3 bulan lamanya."
"Inkubator bisa dipinjam, gratis, setelah ada izin dari dokter kalau bayi sudah boleh pulang. Jika bayi masih membutuhkan selang infus dan ada gangguan lain, ya tentu belum bisa menggunakan inkubator rumahan ini," tambah Raldi.
Melalui sambungan telepon, seorang ibu asal Sidoarjo, Jawa Timur, Nia Rahayu menceritakan pengelamannya menggunakan inkubator rumahan Grashof. Nia Rahayu belum lama ini melahirkan bayi kembar prematur. Dia sudah diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit tapi berat badan kedua bayinya belum cukup. "Setelah pinjam inkubator selama 12 hari, berat bayi-bayi sudah naik. Yang pertama dari berat 1,8 kg jadi 2,2 kg. Kembarannya dari 1,2 kg jadi 1,5 kg." ujar Nia.
Sejak dimulai peminjaman inkubator rumahan pada tahun 2012, hingga kini terhitung lebih dari 700 bayi menggunakan inkubator rumahan ciptaan Prof Raldi. Dia berharap bantuan peminjaman inkubator bisa menjangkau seluruh Indonesia. "Agar lebih banyak lagi bayi tertolong." pungkasnya.
Editor: Malika
#RuangPublik mengudara senin - jumat setiap jam 09 WIB di 50 radio jaringan KBR. Siaran juga bisa disimak melalui www.kbr.id. Untuk mengusulkan tema yang menarik dibahas sms ke 0812 118 8181 atau mention @halokbr
Bagi orangtua yang membutuhkan pinjaman inkubator gratis bisa melayangkan pesan singkat ke SMS gateway center Yayasan Bayi Prematur Indonesia di 0856-5931-2070 atau kunjungi situs inkubator-gratis.org