Kepala Seksi Perencanaan dan Tanaman Perhutani, Sugeng Riyadi mengatakan, untuk tahun ini Perhutani menargetkan bisa menghasilkan 1.180 ton getah pinus hanya untuk KPH Bondowoso.
Penulis: FRISKA KALIA
Editor:

KBR, Bondowoso – Tingginya permintaan getah pinus sebagai bahan baku pembuatan gondorukem dan terpentin di pasaran, membuat Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bondowoso, Jawa Timur terus menggenjot produksi getah pinus.
Kepala Seksi Perencanaan dan Tanaman Perhutani, Sugeng Riyadi mengatakan, untuk tahun ini Perhutani menargetkan bisa menghasilkan 1.180 ton getah pinus hanya untuk KPH Bondowoso. Angka ini diprediksi akan melampaui capaian tahun lalu yang hanya sekitar 1.400 ton.
“Target kita 1.180 ton, hanya untuk KPH Bondowoso saja. Nanti ini diolah menjadi terpentin dan gondorukem. Kami optimis melampaui target ini. Karena 2014 lalu saja kita sudah dapat 1.140 ton,” kata Sugeng Riyadi disela memantau penyadap getah pinus, Jumat (17/4/2015).
Untuk mencapai target tersebut, Perum Perhutani telah melakukan berbagai langkah salah satunya dengan membenahi aturan penebangan pohon pinus. Selain itu Perhutani juga selalu memantau dan mengevaluasi setiap petak pohon pinus yang ada di wilayah Perhutani Bondowoso.
“Jadi kita pantau terus apakah produksinya dalam sebulan sudah sesuai rencana. Selain itu kita juga selalu berkomunikasi dengan para penyadap getah yang bekerja, untuk tahu apa masalah mereka,” pungkasnya.
Komoditi getah pinus ini, Kata Sugeng merupakan komoditi terbesar kedua setelah kayu jati yang dikelola oleh Perhutani. Saat ini, luas lahan pohon pinus penghasil getah di KPH Bondowoso mencapai 19.202 hektare atau 37 persen dari total luas lahan keseluruhan yakni 88.000 hektare.
Editor: Anto Sidharta