"Harapan kami agar Gubernur Khofifah bisa memulangkan kami."
Penulis: Budi Prasetiyo
Editor:

KBR, Surabaya - Saufiq (21) sudah delapan tahun lebih tinggal di Rumah Susun (Rusun) Jemundo Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Kini ia tidak betah, dan ingin bisa pulang ke kampung halaman di Madura.
"Harapan kami agar Gubernur Khofifah bisa memulangkan kami. Karena itu sudah menjadi hak warga," kata Saufiq di Rusun Jemundo, Kamis (14/2/2019).
Gara-gara konflik Sunni-Syiah pada 2011, Saufik bersama puluhan orang lainnya meninggalkan kampung halaman di Desa Buluran, Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang.
Presiden Joko Widodo telah melantik Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, pada Rabu (13/2/2019) di Istana Merdeka Jakarta.
Hadirnya gubernur baru memunculkan harapan dari Saufiq dan warga Syiah lainnya untuk bisa pulang kampung.
Selama tujuh tahun di pengungsian, Saufiq mengaku ia dan warga lainnya hidup menderita. Mereka merasa terkekang dan tidak bisa beraktivitas secara normal, tidak bisa hidup dan bekerja layak.
"Nggak kerasan sama sekali. Kami hidup disini karena terpaksa, untuk menghindari penindasan," kata Saufiq.
Ada 81 keluarga warga Syiah yang masih mengungsi di Rusun Jemundo, Taman, Sidoarjo. Mereka bekerja serabutan karena tidak bisa bercocok tanam lagi.
"Saya jadi pengupas kelapa. Karena mau bertani tidak punya lahan," tambahnya.
Saufiq beberapa kali pulang ke kampungnya di Sampang secara perorangan. Ia mengklaim sebetulnya tetangga mereka di Sampang sudah bisa menerima kembali warga Syiah. Namun, kata Saufik, pemulangan mestinya bisa difasilitasi pemerintah.
"Mereka sangat baik dan menerima saya. Karena itu harus ada solusi, jangan kami dibiarkan seperti ini," tambahnya.
Saufiq dan warga Syiah lainnya meninggalkan Sampang sejak 2011. Mereka sudah sembilan tahun hidup terkatung-katung di lokasi pengungsian.
"Ingin rasanya merasakan hidup bebas, kayak dulu. Bisa bertani dan menanam padi di sawah," katanya.
Editor: Agus Luqman