indeks
Penduduk Pulau Korea Selatan Bertahan Hidup Bertetangga dengan Korea Utara

Ketegangan terus berlanjut antara Korea Utara dan Selatan. Korea Utara telah menetapkan Pulau Baengyeong sebagai target militer.

Penulis: Jason Strother

Editor:

Google News
Penduduk Pulau Korea Selatan Bertahan Hidup Bertetangga dengan Korea Utara
Korea Selatan, Korea Utara, Pulau Baengyeong, perang nuklir, Jason Strother

Hampir semua Pulau Baengnyeong di pantai utara dilengkapi dinding semen dan kabel berduri.

Hanya ada sedikit pelabuhan di sini tempat perahu nelayan bersandar.

Tapi, tidak banyak yang berlayar akhir-akhir ini.

Saya berjumpa Lee Hwan-sun di salah satu dermaga. Ia tengah memperbaiki lubang di jaring oranyenya. 
 
“Biasanya, saya dapat berlayar hingga lima menit ke laut dan mulai memancing. Namun, sekarang karena ancaman Korea Utara, saya bahkan tidak berpikir untuk memancing sejauh itu.”
 
Di titik terdekatnya, Baengyeong hanya berjarak 15 kilometer jauhnya dari wilayah Korea Utara.

Bulan lalu, penguasa Korut, Kim Jong-un memerintahkan tentaranya menyasar pulau itu jika perang meletus.

Laut Kuning telah lama menjadi pemantik api antara kedua Korea. Tapi sejumlah penduduk setempat mengatakan, kekhawatiran mereka tidak seperti biasanya. 
 
Sore itu, lima perempuan duduk di papan kayu di atas pecahan karang.

Pekerja di pelabuhan itu agak terlambat menikmati makan siang ketika saya bertemu mereka.

Mereka semua berumur 70an dan menolak memberitahu nama mereka. Namun mereka mengaku muak dengan penghinaan dari Pyongyang.

Mereka semua setuju pemimpin muda Korut itu tidak dapat diprediksi. 
 
“Kim Jong-eun lebih buruk dari ayahnya, Kim Jong-il. Kami tidak tahu kapan ia melucurkan rudal. Kami semua takut.” 
 
Pulau itu punya banyak pertahanan terhadap invasi Korut. Ribuan tentara dan marinir Korea Selatan berjaga di Baengnyeong.

Dan untuk melindungi penduduk, sekitar 90 pelindung bom tersebar di penjuru pulau.
 
Kim Jin-guk menunjuk peta yang tergantung di dinding bunker. Peta itu menunjukan pada saya betapa dekatnya Bengnyeong dengan Korea Utara.

Ia adalah Kepala Pasukan Pertahanan Sipil.

Menurut Kim, penduduk setempat tidak mengabaikan begitu saja ancaman Pyongyang, seperti yang cenderung dilakukan penduduk Korea Selatan. 
 
“Karena kemungkinan diserang di sini jauh lebih tinggi, rakyat di sini lebih awas akan bahaya Korea Utara ketimbang di Seoul atau bagian lainnya. Penduduk khawatir diserang.”
 
Dan ini termasuk dirinya sendiri, kata Kim.

Tapi, ia mengaku tidak takut perang terbuka. Namun, ia khawatir serangan dadakan seperti yang diluncurkan Korea Utara pada 2010. Serangan ke Yeongpyeong itu membunuh empat warga Korea Selatan.

Kata dia, jika Korea Utara betul-betul mengebom Pulau Baengnyeong, sistem alarm akan memperingatkan penduduk untuk segera menuju tempat perlindungan.

Tapi tentu saja, Kim berharap ia tidak harus menggunakan itu.

Karena berdekatan, penduduk mungkin lebih memperhatikan ancaman Pyongyang. Sebab, lingkungan mereka akan jadi yang pertama diserang.
 
Wisata merupakan industri besar di sini. Namun, menurut petugas setempat, retorika Pyongyang telah menjauhkan pengunjung.

Bahkan sejumlah perusahaan feri penumpang mengatakan, mereka tidak tahu berapa lama lagi mereka dapat beroperasi jika situasi ini terus berlanjut.

Park Dong-sing adalah pemilik Hotel Mun-hwa. Kata dia, ancaman Pyongyang membuat bisnis lesu.
 
“Ketegangan Korea Utara dan liputan media tentang Baengyeong menyebabkan calon tamu batal menyewa hingga Juni. Dampak pada bisnis penduduk kali ini merupakan yang terburuk sepanjang ingatan saya ”  
 
Park beruntung hari itu.

Sekitar 40 wisatawan dari kota di dekat Seoul tinggal di hotelnya. Mereka adalah anggota klub wisatawan lansia. Mereka tampaknya tidak terganggu dengan gertakan Korea Utara. 

Nam Jeong-Woo adalah salah satunya.
 
“Apa bedanya jika kami di sini, di pulau ini, atau pulang ke rumah? Jika mereka menyerang pulau, seluruh negara akan berperang. Semua bagian di Korea Selatan akan menjadi medan pertempuan.” 
 
Tapi, setelah kunjungan mereka berakhir, para wisatawan ini segera kembali ke rumah.

Warga Baengnyeong akan kembali berhadapan dengan laras senjata Korea Utara.

Kata Park Dong-sik, dia sudah terbiasa.
 
“Saya tak takut dengan Korea Utara. Saya percaya tentara yang bertugas di sini akan melindungi kami jika perang pecah. Tak perduli seberapapun buruknya situasi, saya tidak akan meninggalkan pulau. ”
 
Tapi ada yang menginginkan keluarga mereka segera angkat kaki dari pulau itu, untuk berjaga-jaga.
 
Nelayan Lee Hwan-sun mengatakan, ia tengah mempertimbangkan masak-masak untuk meninggalkan Baengnyeong bersama keluarganya.
 
“Anak-anak memberitahu istri saya dan saya. Kami mesti meninggalkan pulau ini dan pindah ke daratan utama. Saya tengah mempertimbangkan hal ini. Karena semua bising yang datang dari Korea Utara, tapi jika kami semua pergi, apa yang akan terjadi dengan pulau ini?”
 
Kata Lee, untuk saat ini, dia akan terus memperbaiki peralatan nelayannya dan siaga kapan pun bisa kembali melaut.


BACA JUGA Menjembatani Kesenjangan Antara Korea Selatan dan Utara

BACA JUGA Pencarian Panjang Pria Korsel Memulihkan Kehormatan Keluarga

BACA JUGA Korea Merayakan 60 Tahun Kesepakatan Gencatan Senjata

Korea Selatan
Korea Utara
Pulau Baengyeong
perang nuklir
Jason Strother

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...