Pengurus PCNU Cilacap menyebutkan upaya menghidupkan isu komunisme gaya baru (neo-komunisme) hanya diembuskan pihak-pihak tertentu tanpa data yang akurat.
Penulis: Muhamad Ridlo Susanto
Editor:

KBR, Cilacap – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cilacap memilih tidak menghadiri undangan pernyataan sikap antikomunisme dan anti-Syiah yang diadakan Forum Umat Islam (FUI) Cilacap, Jawa Tengah.
FUI dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri (FKPPI) Cilacap menggelar pernyataan sikap "Ganyang Komunis dan Syiah dari Bumi Indonesia" pada Rabu (8/2/2017).
Sekretaris PCNU Cilacap, Khazam Bisri mengatakan terkait ideologi berbahaya, komunisme memang pernah memiliki sejarah buruk di Indonesia. Akan tetapi, ideologi komunis kini sudah tidak laku lagi dan tidak bisa hidup lagi di Indonesia.
Khazam Bisri mengatakan upaya menghidupkan isu komunisme gaya baru (neo-komunisme) hanya diembuskan pihak-pihak tertentu tanpa data yang akurat. Bahkan, kata Khazam, isu komunisme di Indonesia tidak sebesar upaya kelompok-kelompok wahabi dan salafi yang berniat mengganti sistem kenegaraan Indonesia menjadi khilafah.
Baca juga:
<li><b>
Simposium Anti-PKI, Eks Ketua MUI Serukan Jihad
<li><b>
Menhan Ryamizard Sisir Buku Kiri dengan PNPS/1963
Mengenai masalah Syiah, Khazam Bisri mengakui ada akidah dari aliran Syiah yang berbeda dengan Islam Sunni. Namun, dalam konteks ini Syiah tidak membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Khazam mengatakan kebencian pihak tertentu terhadap Syiah tidak bisa dilepaskan dari pertarungan dua ideologi politik arus besar di Timur Tengah, antara Arab Saudi yang beraliran Sunni dan Iran dengan Syiah. Dua negara itu dianggap tengah berebut pengaruh politik.
Kelompok masyarakat di Indonesia yang memusuhi Syiah secara vulgar, kata Khazm Bisri, secara tidak sadar sudah terperangkap dalam pertarungan politik dua negara Timur Tengah itu. Sebab, kelompok lain yang lebih berbahaya menurut dia juga tumbuh berkembang di Indonesia. Misalnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maupun aliran Wahabi lain yang berniat mengganti Pancasila dengan Syariat Islam.
"Ini tidak adil. Banyak kelompok yang merongrong NKRI dan anti-Pancasila. Entah itu Wahabi, Salafi. Tetapi kenapa teman-teman (FUI dan FKPPI) hanya (mengangkat) komunis dan Syiah? Katanya, yang lain itu lebih membahayakan. HTI sudah secara vulgar menyatakan khilafah, kenapa (tidak ditolak juga) kaya gitu? NU tidak mau terlibat ini. NU tidak akan masuk konflik Wahabi dan Syiah. Bagi kita neo-komunisme itu tidak ada. Mungkin ada, tapi tidak segencar apa yang dilakukan HTI, Wahabi dan Salafi yang merongrong NKRI," kata Khazam Bisri, Rabu malam (8/2/2017).
Baca juga:
<li><b>
Polisi Klaim Sudah Kantongi Nama Penyebar Isu Kebangkitan PKI
<li><b>
Banser NU: Isu Neo-PKI Hanya Pengalihan Isu
Syia perlu dilindungi
Lebih lanjut Khazam Bisri mengatakan, bagaimanapun Syiah adalah kelompok di Indonesia yang menganut paham keberagaman. Ia menyatakan Syiah tak perlu dimusuhi. Justru lantaran minoritas, NU Cilacap menganggap Syiah perlu dilindungi asal tidak merongrong NKRI.
Sikap FUI
Sebelumnya, dalam konferensi pers pernyataan bersama FUI dan FKPPI Cilacap, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Front Pembela Islam (FPI) Cilacap, Kholidin mengatakan sudah mengundang sejumlah ormas Islam, termasuk PCNU Cilacap. Namun, perwakilan NU tak hadir.
Kholidin mengatakan sudah bertemu Pengurus NU Cilacap, untuk ber-tabayyun dan mengajak NU turut dalam pernyataan bersama. Namun, PCNU bersikap untuk tak hadir.
Dalam konferensi pers tersebut, hadir perwakilan FPI Cilacap, FUI Cilacap, FKPPI Cilacap, dan Muhammadiyah Cilacap. Sedangkan Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Cilacap dan PCNU Cilacap tak hadir dalam pernyataan bersama menolak komunisme dan Syiah.
Baca juga:
<li><b>
Yang Menghidupmatikan Hantu Komunis
<li><b>
Buku Kiri, Menhan: Yang Punya, Serahkan!
<li><b>
Imparsial: Pakai Simbol Palu Arit itu Kebebasan Berekspresi
Editor: Agus Luqman