KBR68H, Jakarta - Selepas menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi, kesibukannya ternyata tak juga reda. Popularitasnya malah kian menanjak. Namanya Mahfud MD.
Penulis: Airlambang
Editor:
KBR68H, Jakarta - Selepas menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi, kesibukannya ternyata tak juga reda. Popularitasnya malah kian menanjak. Namanya Mahfud MD. Semua Partai Politik yang sudah mempunyai calon Presiden, melamar bekas Menteri Pertahanan di era Presiden Gus Dur itu untuk menjadi wakilnya. Kenapa dia menjadi populer dan menarik minat semua partai untuk melamarnya? Seperti apa pula pandangan dia tentang sosok presiden Indonesia mendatang? Simak perbincangan bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD bersama jurnalis Tempo TV Alif Imam Nurlambang.
Setiap hari Senin apa yang biasa dilakukan?
Kalau sekarang hari Senin, Selasa, Rabu tidak ada bedanya sejak berhenti dari Ketua MK. Artinya kegiatannya sama saja bangun tidur baca koran, sarapan, olahraga, dan sebagainya.
Tapi sekarang harus pemetaan kekuatan politik ya?
Iya. Dulu kalau waktu saya Ketua MK hari Senin itu biasanya pagi ada di luar daerah untuk kembali ke Jakarta, karena Sabtu saya pulang untuk mengajar entah ke Yogyakarta, Semarang, Lampung, Pontianak saya mengajar di perguruan tinggi. Sekarang rutin, sehingga tidak ada seperti yang dulu harus berada di luar daerah.
Lebih tenang tapi pemetaan politik tambahan kerja ya?
Betul tapi kerja yang bebas saja, kalau dulu wajib, jelas target-target kerja. Kalau yang ini bebas saja mau jam berapa, kemudian produknya seperti apa bisa dilakukan sendiri dan diselingi berbagai refreshing.
Target adalah 2014?
Iya dalam pengertian saya harus punya sikap politik untuk 2014 akan kemana, sekarang sedang dianalisis.
Mengapa anda berpikir bahwa anda harus menjadi calon presiden?
Saya tidak berpikir harus menjadi calon presiden, yang saya pikirkan mungkin saya ikut dalam kontestasi presiden tidak harus. Karena saya merasa jadi presiden itu berat, orang sehebat Bung Karno punya idealisme, punya jaringan kuat, punya kewibawaan luar biasa. Seperti Pak Harto punya kewibawaan yang bagus atau seperti SBY banyak pendukung dan pandai. Saya merasa kalau presiden seperti itu saya tidak layak jadi presiden, sehingga saya merasa tidak mungkin ikut-ikutan jadi presiden karena saya tidak sehebat Soeharto, Soekarno, SBY. Tapi sesudah saya lihat calon-calon lain yang sekarang muncul kira-kira kok sama saja tidak sehebat Soeharto, Soekarno, dan SBY kira-kira seimbang sama saya.
Kendaraannya?
Kendaraan itulah yang sekarang dianalisis. Kalau peluang sekarang terbuka untuk menentukan kendaraan itu, misalnya ada empat peluang kendaraan itu. Satu gabungan partai menengah kalau terjadi kesamaan visi itu juga bisa, kedua sekarang Partai Demokrat membuka konvensi (primary election) dan itu saya masuk di dalam salah satu yang dinominasikan untuk ikut. Partai Persatuan Pembangunan juga resmi mengundang saya untuk ikut konvensi. Lalu ada satu lagi partai yang tanpa konvensi tanpa apa tapi sejak awal bergabung bersama yang kemudian nanti dimunculkan sebagai calon.
Ketiga ini aliansi partai?
Iya.
Sevisi?
Itu yang sedang diolah sekarang, harus ada visi yang sama. Saya katakan kalau ikut kontestasi pemilihan presiden maksudnya agar Indonesia menjadi lebih baik, oleh sebab itu komprominya itu kompromi untuk kebaikan. Tidak boleh kompromi untuk menyandera saya atau presiden terpilih nanti, ada presiden atau kepala daerah sering tidak efektif karena disandera oleh parlemennya atau partainya. Karena mereka mengkompromikan keuntungan pribadi, bukan mengkompromikan bagaimana agar Indonesia ini baik. Oleh sebab itu bagi saya kompromi politik itu satu keharusan yang tidak bisa dihindari, tetapi transaksi politik tidak boleh terjadi di dalam seluruh proses itu.
Tapi dengan sistem kepartaian, perilaku partai, kemudian juga bagaimana orang masuk ke dunia politik saat ini sulit keluar dari persoalan-persoalan kompromi dan transaksi. Bagaimana anda menyiasati itu?
Makanya sekarang dianalisis. Karena ada satu fakta keharusan dan tidak bisa dihindari, anda mau menyelenggarakan pemilihan preiden atau ikut pemilihan presiden harus lewat partai politik. Oleh sebab itu berbicara dengan partai politik dan dukungan partai politik itu satu keniscayaan. Biasanya orang mencari itu perlu kompromi-kompromi, saya katakan kompromi itu sejauh menyangkut konstelasi politik yang dikehendaki itu boleh saja misalnya seorang presiden nanti menteri untuk partai ini sekian dan seterusnya itu bisa saja. Tetapi tidak boleh ada penyanderaan, misalnya kalau anda jadi presiden itu politik luar negerinya harus begini, proyek itu harus diberikan perusahaan ini, perusahaan saya supaya diamankan, kasus hukum itu supaya ditutup, kasus hukum itu dibuka itu yang tidak boleh.
Tapi apakah kompromi yang dimaksud termasuk menolerir misalnya kalau sekarang konvensi Demokrat yang disorot partai yang korup. Itu masih dalam batas toleransi anda?
Menurut saya semua partai sama. Tidak ada partai yang bersih dan tidak ada partai yang kotor, mulai dari Demokrat, Golkar, PKS, PPP, PKB, PAN semua ada koruptornya tapi semua juga ada pejuang-pejuang demokrasinya yang bagus. Oleh sebab itu bukan soal partai apa, ide apa, kemudian warna partainya apa itu tidak penting.
Keterbukaan anda sudah ditunjukkan pada kasus Anas Urbaningrum, anda menyebut tidak ada politisasi. Standing position anda sebenarnya pada Anas atau SBY?
Saya kepada hukum. Jadi Anas itu menurut saya menjadi tersangka memang sudah begitu hukumnya, kelirunya KPK itu lambat. Sebenarnya dia sudah jadi tersangka tanggal 21 Oktober, jauh sebelum ribut-ribut itu. Tetapi tertunda terus entah karena apa komisionernya tidak kumpul, macam-macam, tertunda lama, pas kebetulan SBY menyatakan itu ini tersangka jadi dianggap kasus politik. Oleh sebab itu saya katakan dari sudut apapun kasus Hambalang itu adalah korupsi besar. Kenapa, BPK menemukan kerugian negara Rp 243 miliar, kemudian BPK juga menyatakan pelanggaran prosedur, memperkaya orang lain, lalu pengurusan tanah. Tanah Hambalang itu adalah untuk proyek negara tetapi kenapa yang mengurus itu partai, kemudian sesudah sertifikat datang diberikan kepada ketua partai, ketua partai menyuruh anggota partai untuk mengurus. Disitulah sudah jelas bahwa ada indikasi kuat terjadi sesuatu, apalagi kemudian ditemukan kerugian negara, apalagi kemudian Hambalang dibangun tanpa AMDAL. Dikatakan tanah di Hambalang kuat hanya untuk dua lantai lalu dibangun enam lantai tanpa AMDAL, sekarang ambruk. Semua itu permainan, sehingga menurut saya siapapun yang terlibat harus dihukum berat.
Lalu bagaimana membaca kunjungan anda ke Anas Urbaningrum?
Tidak apa-apa saya selalu melakukan itu pada orang lain. Saya dulu sering buka bersama di penjara, mengunjungi teman di penjara, Rohmin Dahuri di penjara ulang tahun saya datang. Bachtiar Chamsyah itu dipenjara saya selalu menengok, karena itu kawan tapi urusan hukum harus tegak. Itu urusan empati kemanusiaan sebagai pertemanan, saya dengan Anas juga begitu pertemanan ketika saya ketemu dia saya bilang sabar, tolong anak-anak ini disiapkan mentalnya jangan sampai guncang karena anda mengalami sesuatu
.
Kelak kalau menjadi presiden watak ini masih terus akan dibawa?
Saya kira watak seperti ini tidak bisa dihilangkan, berusaha dihilangkanpun tidak bisa.
Ini agak menyulitkan anda mendapat partai?
Tidak juga. Sebenarnya partai itu sebagian besar orang-orangnya juga ingin yang baik bagi negeri ini, cuma ada yang tidak tersalur aspirasinya.
Siapa menurut anda yang cocok jadi pasangan?
Semuanya. Prabowo juga, Wiranto juga.
Tapi yang lebih menarik misalnya Jokowi?
Menarik. Menurut saya secara objektif kalau Jokowi dengan saya kira-kira kalau pada saat ini popularitas tertinggi. Mungkin kalau ada yang mensponsori itu bisa jadi sekali putar, kalau analisis sekarang karena di berbagai survei ini. Cuma apa itu mungkin tergantung konstelasi politik nanti dan mungkin akan lebih banyak ditentukan oleh Ibu Mega.
Kalau misalnya pemilu hari ini pasangan terkuat adalah Jokowi-Mahfud atau Mahfud-Jokowi?
Iya bisa dua-duanya, rakyat saya kira sama saja.