Pilkada Jakarta masih dikuasai oleh pemain-pemain lama di belakang tiga poros kandidat yang bertarung, yakni Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Soebianto.
Penulis: Ninik Yuniati
Editor:

KBR, Jakarta - Sejarawan Betawi JJ Rizal menyatakan pilkada Jakarta masih dikendalikan oleh sistem oligarki dan konglomerasi. Kata dia, pilkada Jakarta masih dikuasai oleh pemain-pemain lama di belakang tiga poros kandidat yang bertarung, yakni Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Soebianto. Ia khawatir pemimpin yang dihasilkan pilkada juga akan mudah ingkar janji seperti sebelum-sebelumnya.
"Persoalan besarnya adalah ingatan kita pada sistem oligarki yang masih kuat itu, itu masih kentara betul, hari ini yang jelas, yang maju ke depan, oligarki itu kelihatan siapa-siapanya, pemainnya masih pemain lama, pertaruhannya masih pertauhan lama, rasa pilpresnya menurut saya, rasa pilpres lama juga, bukan rasa pilpres baru," kata JJ Rizal di sebuah diskusi di Cikini, Sabtu (24/9/2016).
Sementara, peneliti Indo Barometer M Qodari mengatakan, ketiga pasang kandidat harus menawarkan kebijakan yang konkret untuk mengatasi dua permasalahan klasik warga ibu kota yakni kemacetan dan banjir.
Menurutnya, pasangan Ahok-Djarot masih berpeluang besar memenangkan pilkada. Survei menunjukkan tingkat kepuasan publik Jakarta kepada duo petahana ini masih di atas 50 persen.
"Sejauh tingkat kepuasan kepada incumnbent itu di atas 50 persen, mayoritas pemilih biasanya menginginkankan kembalinya incumbent untuk jabatan berikutnya," kata Qodari.
Sementara membandingkan dua kandidat lain, Qodari memprediksi Anies Baswedan akan mengungguli Agus Yudhoyono. Anies dinilai telah lama dikenal publik dan memiliki pengalaman menduduki jabatan strategis.
"Pak Anies, bahkan sudah punya relawan juga sebetulnya," tuturnya.
Baca: Pilkada DKI, Ini 2 Program Tawaran Anies-Sandi
Agus Yudhoyono dinilai belum memiliki modal yang cukup untuk mengalahkan Ahok dan Anies. Namun, Qodari menyebut posisi ini bisa saja berbalik, mengingat ada faktor nama besar SBY di belakang Agus.
"Jangan lupa, beliau ini anaknya SBY, presiden dua kali, Pak SBY itu banyak pendukungnya, Partai demorkat salah satu partai terbesar di DKI," ujar Qodari .
Baca juga:
<li><b><span id="pastemarkerend"><a href="http://kbr.id/headline/09-2016/dikeroyok_2_kubu__ini_strategi_tim_pemenangan_ahok_djarot/85336.html">Dikeroyok 2 Kubu, Ini Strategi Tim Pemenangan Ahok-Djarot</a> <br>
<li><span id="pastemarkerend"><b><a href="http://kbr.id/headline/09-2016/pilkada_dki__alasan_agus_menerima_pencalonan/85326.html">Pilkada DKI, Alasan Agus Menerima Pencalonan</a></b> </span></li></ul>
Editor: Sasmito