indeks
Helmy Yahya: Saya Bisa Kaya Raya Apabila Membuat Kuis di TV Luar Negeri (II)

KBR68H, Jakarta - Helmy Yahya adalah sosok yang sudah lama berkecimpung di dunia pertelevisian dan dijuluki sebagai raja kuis.

Penulis: Doddy Rosadi

Editor:

Audio ini dihasilkan oleh AI
Google News
Helmy Yahya: Saya Bisa Kaya Raya Apabila Membuat Kuis di TV Luar Negeri (II)
helmy yahya, raja kuis, tv internasional, jakarta

KBR68H, Jakarta - Helmy Yahya adalah sosok yang sudah lama berkecimpung di dunia pertelevisian dan dijuluki sebagai raja kuis. Helmy Yahya adalah tokoh yang berjuang dari bawah sebagai seorang anak pedagang kaki lima dan dengan gigih mengejar passion-nya di bidang kuis, mengalami berbagai kegagalan dalam hidup hingga akhirnya sukses sebagai raja kuis.

Helmy mengungkapkan bahwa ia merupakan seorang juara kuis tak terkalahkan semasa Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di kampung halamannya, Palembang. Di situlah ia kemudian ingin berkecimpung di acara-acara kuis. Karirnya di dunia pertelevisian dimulai hanya sebagai pekerjaan sambilan ketika ia masih sebagai mahasiswa dan juga bekerja sebagai asisten dosen di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Ia lalu terjun ke dunia kuis yang merupakan passion-nya sejak lama. Simak perbicangan bagian kedua dengan Helmy Yahya dalam program Perspektif

Apakah di sini tidak ada yang kaya karena TV?

Tidak ada karena saya sudah membuat hampir 200 karya. Di luar negeri ada Stephen G Channel, mereka hanya membuat 1 - 3 karya. Simon Cowell juga mungkin kurang dari 10 karya. Sama-sama creator walaupun ciptaan dia luar biasa. Dia mengeluarkan “Pop Idol” kemudian “X-Factor” lalu dia kaya raya. Kita bicara tentang level magnitude. Insya Allah saya berdoa betul, saya berusaha penuh untuk membuat my dreams come true yaitu karya saya diterima secara internasional. Saya dengar ada beberapa nama seperti FOX dan BBC yang sedang mendiskusikannya.

Secara spesifik, apa karya tersebut?

“Penantang Terakhir” dan acara yang sekarang tayang di Metro TV “Versus”. Mereka cukup kaget melihatnya. Kemudian ada lagi satu kuis yang bernama, “Masa Kalah Sama Anak-anak?” atau “Dont Let The Kids Beat You”. Kalau “Are You Smarter Than A Fifth Grader” yang sangat populer adalah dimana orang dewasa bermain bersama anak-anak. Jadi pemainnnya ditantang dengan pertanyaan tentang anak-anak dan kalau tidak tahu maka ia bertanya ke anak-anak. Di format saya, pemain melawan anak-anak. Jadi tiga orang dewasa melawan 25 anak-anak.

Orang dewasanya tentu tidak membodoh-bodohkan diri, betulkah?

Ya kadang-kadang mereka bodoh betulan untuk pertanyaan anak-anak, dan mereka sangat suka. Katanya, sekarang di dunia internasional memang sedang ditunggu kuis-kuis yang mendekatkan orang dewasa (adults) dengan anak-anak (kids).

Justru mendekatkan dengan dikonfrontasikan, model pembinaan modern, betulkah?

Iya, betul. Itu karena biasanya bahasanya berbeda antara orang dewasa dan anak-anak. Kita kadang-kadang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh anak-anak, keponakan, atau cucu kita. Mereka memiliki pribadi, games, majalah, dan idola sendiri.

Anda memiliki tipe wajah serius. Anda juga pergi ke Boston belum lama ini dalam kegiatan yang serius yaitu dalam program IDEAS. Apa program tersebut?

Wajah saya serius sekali. IDEAS adalah program pengiriman orang-orang yang dianggap menjadi future leader dari Indonesia. Kemarin terpilih sekitar 30 orang untuk belajar tentang leadership dalam one week course di MIT yang sekarang adalah salah satu sekolah terbaik di dunia. Kita bertemu dengan profesor-profesor seperti C. Otto Scharmer dan Peter Senge.

Apakah mereka adalah para penulis buku?

Iya, buku seperti “Fifth Discipline”, dan ada banyak hal yang bisa kita sharing dan membuat saya terkaget-kaget. Seperti yang pernah saya tweet, ternyata di MIT yang diajarkan bukan belajar bicara tapi belajar mendengar. Itu karena semestinya orang harus lebih banyak mendengar daripada berbicara. Agak aneh kedengarannya bahwa orang sukses harus lebih banyak mendengar daripada berbicara. Celakanya, di Indonesia dan di seluruh dunia ada sekolah public speaking tapi tidak ada pelajaran public listening. Padahal kalau ingin untuk sukses maka kita harus banyak mendengar. Kadang-kadang ada orang baru bicara satu kata sudah kita potong, lalu kita melakukan judgment (penilaian).

Di sana (MIT-red) kita diajarkan untuk menunda penilaian, kita mencerna dulu kemudian baru kita berpikir dan baru kita merespon. Jadi lucu juga bahwa saya yang sudah 30 tahun terakhir belajar dan bekerjanya dari berbicara, namun saat  course tersebut saya belajar untuk mendengar. Sama seperti Farhan yang terpilih tahun lalu, kita juga berusaha tidak berbicara karena kita bertahun-tahun pekerjaannya berbicara.

Di twitter saya melihat ada pertanyaan yang lucu juga. “Mas Helmy di twitter kok ngomong mulu ya?” Saya jawab bahwa sebagai MC dan sebagai host, saya dibayar untuk berbicara.

Apakah bisa multitasking yaitu berbicara sambil mendengarkan?
 
Susah, apalagi laki-laki yang cenderung hanya single task.

Bekerja di bidang seperti Anda, pikiran harus cepat dan banyak belajar. Menurut Anda, apa faktor yang membuat Anda “laku”?

Betul. Saya “laku” karena saya memilih segmen saya. Saya tahu bahwa wajah saya tidak cukup tampan, saya tidak cukup tinggi, dada dan perut saya mungkin “family pack” bukan “six pack”. Tapi saya tahu bahwa saya memiliki sesuatu yang orang lain tidak. My background adalah akuntan dan saya juga pernah sekolah di Amerika Serikat, itu mungkin faktornya. Saya kuliah di Amerika Serikat antara 1991 - 1992 di University of Miami, Florida.

Saya selalu menggabungkan antara belajar serius dengan bermain. Karena itu sewaktu saya kuliah di Amerika Serikat, saya juga menjadi penulis basket dan saya pernah mewawancarai banyak orang.

Sekarang Anda sudah mencapai puncak profesional, acara Anda sudah dilirik produser internasional. Apa sasaran Anda berikutnya?

Saya pikir sikap saya mengalir saja. Baru saja saya berusia 50 tahun dan sekarang saatnya saya untuk lebih banyak berbagi. Saya berkomitmen menulis buku. Ini sebenarnya janji yang sudah bertahun-tahun. Sebelumnya saya mencoba menulis buku dengan memakai ghost writer namun tidak pernah terlaksana. Saya sedang menulis buku yang berjudul “Business Soulmate”. Saya adalah seorang entrepreneur yang sangat luar biasa dan sangat agresif tetapi dalam perjalanan saya sering ditipu orang, Kita berbagi agar bagaimana kita tidak banyak ditipu, dan lihat penipuan-penipuan di Indonesia sekarang makin marak. Ada banyak kasus seperti investasi emas, dulu juga ada kasus investasi itik, menanam jati, dan kasus-kasus lainnya.

Penipuan-penipuan tersebut mengeksploitasi keserakahan orang, betulkah?

Ya, keserakahan orang dan keinginan orang untuk menjadi entrepreneur, terutama para pensiunan  yang baru mendapat “golden shake hand” menjadi sasaran yang sangat empuk. Saya juga melihat kadang-kadang ada motivator yang saya katakan predator. Dia membangkitkan semangat entrepreneur orang, lalu dia memberi opportunity (kesempatan) yang terkadang tidak secure (aman). Jadi saya akan menulis buku ini mengenai bagaimana pengalaman saya ditipu orang. Orang yang menipu kadang-kadang merupakan orang yang paling dekat. Mereka itulah orang-orang yang paling mudah menipu kita.

Saya berjanji akan menyelesaikannya bulan ini. Buku ini sebenarnya sudah selesai outlinenya dan tinggal disempurnakan. Buku ini sebenarnya proyek yang sudah tertunda selama empat tahun. Setelah itu saya akan menulis buku mengenai personal branding. Saya menulis buku rata-rata dari hal yang pernah saya alami.

Kalau soal branding, bukankah Anda memiliki property agent, apakah itu dasarnya dari branding Helmy Yahya?

Saya memiliki Metropolis Realty. Namun yang susah sebenarnya adalah how to create the brand itu sendiri. Manusia itu ada brand-nya, jadi bukan hanya produk atau barang saja yang mempunyai brand. Brand bisa negatif atau positif.

Anda juga pernah maju di pemilihan Gubernur Sumatera Selatan dan gagal.

Ya. Saya tidak jadi dan gagal. Dalam buku “Business Soulmate”, pertama kali yang dikemukakan adalah pertanyaan apakah saya pernah gagal? Saya banyak sekali gagal dalam berbisnis, berpolitik, dan berkeluarga. Saya pikir itu bagian dari proses saya untuk menjadi seperti ini. Jika Anda mau belajar maka belajarlah dari orang yang penah gagal.  Kalau Anda belajar dari orang sukses, semua menjadi tertutupi semua kelemahannya. Kalau dari kegagalan, kita akan belajar banyak.

Buku itu akan berbicara mengenai kegagalan saya agar orang tidak mengalami hal yang sama. Saya adalah seorang motivator dan public speaker. Yang membuat saya berbeda adalah karena saya selalu bercerita mengenai apa yang telah saya alami. Kalau dalam hal branding, saya membuktikan bahwa seorang anak pedagang kaki lima bisa menjadi seorang Helmy Yahya yang sekarang dikenal, dan saya akan ceritakan how to create the brand. Sesuatu yang saya katakan Insya Allah bermanfaat bagi masyarakat.

Helmy Yahya: Saya Bisa Kaya Raya Apabila Membuat Kuis di TV Luar Negeri

helmy yahya
raja kuis
tv internasional
jakarta

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...