HEADLINE

Rayakan Asyura, Ribuan Warga Ikuti Festival Tabot di Bengkulu

"Tabot berupa bangunan yang dibuat bertingkat-tingkat mirip pagoda yang dihiasi bunga plastik warna warni. Bangunan tabot sebagai simbol keranda Hasan dan Husein. "

Yulius Martony

Rayakan Asyura, Ribuan Warga Ikuti Festival Tabot di Bengkulu

KBR, Bengkulu - Ribuan warga memadati jalan mengikuti ritual tabot tebuang dalam rangka peringatan meninggalnya Hasan Jadian cucu nabi Muhammad dalam perang karbala. Setelah pelaksanaan tabot besanding tadi malam dengan menyandingkan 17 tabot sakral dan 19 tabot pembangunan di lapangan Tugu Bengkulu, hari ini bangunan tabot di arak keliling kota Bengkulu sekitar 20 km.

Dari lapangan tugu kampung Cina melalui jalan Sudirman, Jalan Suprapto, A.Yani dan jalan S.Parman dan di buang Padang Karballa Bengkulu. Arak-arakan tabot berhenti sejenak di beberapa titik seperti di masjid Jamik yang dibuat oleh presiden Soekarno dan di simpang lima Bengkulu. Ramainya warga yang ingin melihat pelaksanaan tabot membuat petugas keamanan terpaksa menertibkan warga.

Tabot berupa bangunan yang dibuat bertingkat-tingkat mirip pagoda yang dihiasi bunga plastik warna warni. Bangunan tabot sebagai simbol keranda Hasan dan Husein. Selain bangunan tabot juga dilakukan arak Jari-jari sebagai simbol jari-jari korban perang Karballa.


Perayaan Tabot Bengkulu berlangsung setiap tahun dari tanggal 1 sampai 10 Muharram.


Pengunjung berdatangan dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri.  Salah seorang turis dari Jerman, Linda Heinrich mengatakan festival tabot ini sangat menarik. "Banyak orang yang melihat festival tabot dan ini sangat menarik"


Namun ia menyayangkan kurangnya penataan hingga banyak terjadi kemacetan selama festival tabot berlangsung.


Editor: Rony Sitanggang

  • festival tabot
  • hari raya asyura
  • Syiah
  • toleransi
  • petatoleransi_04Bengkulu_biru
  • Bengkulu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!