HEADLINE

Jemaat Ahmadiyah Sambelia Lombok Masih Ketakutan

"Mereka khawatir akan mendapat serangan dan ancaman dari kelompok-kelompok yang tidak suka keberadaan Ahmadiyah di desa tersebut jika berkumpul. "

Wydia Angga

Jemaat Ahmadiyah Sambelia Lombok Masih Ketakutan
Jemaat Ahmadiyah Desa Bagik Manis, Kecamatan Sambelia, Lombok. (Doc: JAI)

KBR, Jakarta - Anggota Jemaat Ahmadiyah Desa Bagik Manis, Kecamatan Sambelia, Lombok, Ibrahim, masih merasa ketakutan untuk berkumpul dengan jemaat Ahmadiyah lainnya. Ia khawatir akan mendapat serangan dan ancaman dari kelompok-kelompok yang tidak suka keberadaan Ahmadiyah di desa tersebut jika berkumpul.

"Kami nggak boleh kumpul-kumpul sama teman Ahmadiyah, kalau kami kumpul-kumpul kami kena sanksi, kami diusir lagi, kami tidak boleh shalat berjamaah tarawih di rumah teman kami tidak boleh. Itulah makanya kami tidak boleh, kami langgar itu kami akan diusir lagi, diserang, dibunuh, akan dibakar rumah," ujar Ibrahim kepada KBR (19/6/2016).

Ibrahim mengaku sejumlah persyaratan harus mereka penuhi jika ingin tetap aman tinggal di desanya itu.

"Kalau anda mau aman di desa ini, anda harus keluar dari jemaat Ahmadiyah, jangan Anda mendatangkan Mubaligh Anda, jangan Anda bikin pengajian disini, kumpulkan semua buku Ahmadiyah Anda, banyak ada lima macam persyaratan tapi yang kami tolak ada dua, ahmadiyah dibubarkan sama buku itu kami tidak setuju," katanya.

Menurutnya, jemaat Ahmadiyah juga terpaksa menandatangani surat pernyataan yang diminta kelompok intoleran. "(Ancaman datang dari mana?) dari orang sini yang tidak suka lihat kita masuk jemaat Ahmadiyah, dia kirain Ahmadiyah ini itu, Ahmadiyah bukan Agama Islam, dia bilang, bukan mengaku nabinya Nabi Muhammad, dia bilang. Padahal kita, nabi kita Nabi Muhammad, kitab kita Kitab Suci Alquran, dia itu ndak percaya," pungkasnya.

Sabtu (18/6/2016) kemarin, warga pemeluk Ahmadiyah di Desa Bagik Manis, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur dipaksa menandatangani surat pernyataan bersedia keluar dari keyakinan yang dianut. Warga menuding Jemaat Ahmadiyah di desa itu menyebarluaskan ajarannya. Padahal, menurut pengurus ahmadiyah, mereka hanya melakukan ibadah Ramadan seperti berjamaah tarawih. Namun karena mereka belum memiliki masjid, maka jemaah Ahmadiyah melaksanakan ibadah di rumah anggotanya.

Untuk meredam penolakan jemaat Ahmadiyah, Camat Sambelia, Bukhori, mengaku terpaksa memenuhi keinginan masyarakat untuk membuat surat pernyataan yang meminta jemaah Ahmadiyah keluar dari keyakinannya serta memenuhi berbagai tuntutan lainnya. Meski begitu Bukhari mengklaim, surat pernyataan itu ditandatangani jemaah Ahmadiyah tanpa tekanan.

Baca juga: Camat Sambelia: Yang Menentang Jemaah Ahmadiyah Itu Ribuan, Mau Bagaimana?

Editor: Sasmito 

  • Jemaat Ahmadiyah
  • Camat Sambelia Bukhori
  • Ahmadiyah Lombok

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!