HEADLINE

Polisi: Bahan Ledakan Tanah Abang Mirip Milik Kelompok Radikal

"Menurut Juru Bicara Kepolisian Indonesia, Rikwanto, bentuk bahan peledak yang ditemukan adalah hal yang baru. "

Ade Irmansyah

Rikwanto
Juru Bicara Kepolisian Indonesia, Rikwanto. Foto: Antara

KBR, Jakarta – Bahan-bahan yang mengakibatkan ledakan di Tanah Abang, Jakarta Pusat , Rabu (9/4/2015) kemarin mirip dengan yang biasa dipakai kelompok radikal.

Menurut Juru Bicara Kepolisian Indonesia, Rikwanto, bentuk bahan peledak yang ditemukan adalah hal yang baru. Namun kata dia, komposisi di dalamnya sama seperti bahan peledak lain yang biasa dipakai oleh kelompok radikal.


Kata dia, peledak tersebut merupakan modifikasi buatan tangan. Meski demikian, pihaknya belum berani menyimpulkan barang tersebut dirakit oleh kelompok radikal atau bukan.


“Itu bahan peledak modifan artinya dimodifikasi yah, sehingga kelihatan sekali itu hand made. Jadi sejenis sekali tidak, namun beberapa yang kaitannya dengan menggunakan paku, mur baut, dan gotri itu biasanya digunakan oleh kelompok-kelompok radikal yah dan itu bisa di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Rikwanto kepada wartawan di kantor Mabes Polri, Kamis (9/4/2015).


Polisi, kata dia, belum memastikan keterkaitan antara pemilik bahan peledak dengan kelompok radikal.


“Kita lagi membuka file-file apakah kelompok yang sudah pernah kita lakukan penindakan atau belum tetapi yang jelas ini sudah ada ya sebelum-sebelumnya,” jelasnya.


Sebelumnya sebuah ledakan yang dicurigai sebagai bom terjadi di kawasan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (8/4/2015) siang. Ledakan itu menyebabkan empat orang luka. Mereka adalah Rustam, Feri, Asep dan Amir. Mereka dilarikan ke Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakpus dan selanjutnya akan dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.


Editor: Anto Sidharta 

  • Ledakan
  • tanah abang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!