Kata Siane, keluarga mendapatkan informasi kalau korban sudah lepas dari kapal dan berada di suatu pulau.
"Berita soal suaminya sampai saat ini belum ada. (Terakhir komunikasi kapan dengan Alvian?) Terakhir komunikasi itu hari minggu sekitar setengah sepuluh pagi. Tadi jam 10 istrinya telepon ke kantor, dapat kabar yang mana mereka sudah lepas dari kapal dan mereka posisinya ada di darat di suatu pulau kosong, tetapi mereka belum tahu pasti. Sampai malam ini kita keluarga belum dapat kabar apa pun," jelas Siane Repi Tante Alvian Elvis Repi, di Jakarta, Selasa (29/3/2016)
Siane menambahkan, keluarga menunggu dan memberikan apresiasi terkait upaya pemerintah dan aparat keamanan melakukan pencarian dan penyelamatan korban. Kata dia, hingga kini baru dari TNI AL dan TNI AD yang menemui keluarganya dan memberikan penjelasan soal upaya pencarian awak kapal.
"Kami memberikan apresiasi dan berharap dari pemerintah dan TNI yang melakukan pencarian. Kami berharap terbaik," tambahnya.
Siane menjelaskan, kondisi istri korban dari Alvian Elvis Repi, Youla Lasu sedang kaget akibat informasi penyanderaan suaminya. Kata Siane, keluarga Alvian Elvis Repi sudah lama ikut dengan dirinya.
"Alvian itu ikut saya sudah lama, sebelum berlayar hingga menikah dan punya anak dia ikut saya. Sekarang ini istrinya shock dan lemas karena menerima kabar suaminya disandera," jelasnya.
Sebelumnya Kementerian Luar Negeri
menyatakan satu dari dua kapal yang dibajak di perairan Sulawesi Utara
sudah dibawa Pemerintah Filipina dalam keadaan tak berawak. Kapal itu
adalah Brahma 12 yang sebelumnya berawak 10 warga negara Indonesia
(WNI). Menurut Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal,
satu kapal lain yang bermuatan batubara masih disandera.
"Ada dua kapal itu. Brahma 12 dan Anand 12. Yang disandera satu yang
satunya dilepaskan. Yang disandera kapal tongkang berisi 7.000 ton
batubara dan 10 orang awak kapal WNI," jelas Lalu Muhammad Iqbal melalui
sambungan telepon, Selasa (29/3/2016).
Lalu Muhammad Iqbal menambahkan, saat ini pemerintah memprioritaskan
keselamatan 10 WNI yang disandera. Komunikasi dan koordinasi dengan
berbagai pihak termasuk dengan Menlu Filipina terus dilakukan. Ini untuk
mengetahui keberadaan kapal dan WNI yang disandera. Namun begitu Lalu
enggan berkomentar soal uang tebusan yang kabarnya diminta oleh pihak
penyandera.
Saat dibajak, kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting di
Kalimantan Selatan menuju Batangas kawasan Filipina Selatan. Tidak
diketahui persis kapan kapal dibajak. Pemilik kapal baru mengetahui
terjadi pembajakan pada Sabtu, 26 Maret 2016. Informasi itu didapat
melalui sambungan telepon dari seseorang yang mengaku bagian dari
kelompok Abu Sayyaf.