HEADLINE
Jokowi Restui 6 Holding BUMN
""Jadi holding dari enam usulan tadi tentunya ada prioritas yang diutamakan, apakah bisa selesai atau tidak tergantung dengan kesiapan masing-masing BUMN""
Ade Irmansyah
KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo mendukung penuh rencana
Kementerian BUMN untuk membuat perusahaan utama yang membawahi Badan
Umum Milik Negara (Holding BUMN) dalam waktu dekat. Sekretaris Kabinet,
Pramono Anung mengatakan, hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
dan memberikan tambahan kemampuan pendanaan BUMN yang mandiri.
Selain itu kata Pramono, hal ini juga untuk menghindari BUMN disalahgunakan oleh salah satu kekuatan partai politik tertentu. Kata dia, ada enam sektor yang bakal dilakukan holding. Di antaranya kata dia, sektor pertambangan, sektor ketahanan energi, dan sektor perbankan.
"Jadi holding dari enam usulan tadi tentunya ada prioritas yang diutamakan, apakah bisa selesai atau tidak tergantung dengan kesiapan masing-masing BUMN untuk dilakukan pembangunan holding. Tapi yang jelas presiden menjelaskan pengalaman ketika penggabungan semen itu jangan sampai terjadi. Dimana tarik menarik koorporasi semakin kuat dan semuanya hanya ego sektoral," ujar Sekretaris Kabinet, Pramono Anung kepada wartawan di Kantor Presiden, Senin (29/02).
Pramono melanjutkan, "kita sudah waktunya untuk melakukan efisiensi dimana sudah kita ketahui semua ini adalah era persaingan, era kompetisi dan mau tidak mau BUMN kita harus bisa berkompetisi secara global."
Sekertaris
Kabinet, Pramono Anung menambahkan, terkait hal tersebut akan ada
beberapa perubahan peraturan pemerintah supaya holding sama
sekali tidak menggunakan APBN. Kata dia, Presiden Joko Widodo
juga meminta proses pembangunan holding ini dilakukan secara hati-hati
dan sungguh-sungguh dengan memperhatikan efektifitasnya.
Editor: Rony Sitanggang
- holding bumn
- jokowi
- pramono anung
- BUMN
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!