Article Image

UANG BICARA

Mengulik Green Jobs, Pekerjaan Masa Depan

"Green jobs jadi pembicaraan setelah disinggung dalam debat pemilu. Pekerjaan berbasis keberlanjutan tak hanya memikirkan lingkungan tetapi juga sosial. "

KBR, Jakarta - Pekerjaan hijau (green jobs) alias pekerjaan hijau jadi pembicaraan di mana-mana setelah disinggung dalam debat Pemilu Presiden 2024 lalu. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) PBB mendefinisikan green jobs sebagai pekerjaan yang berkontribusi mengembalikan kondisi lingkungan, baik di sektor tradisional, manufaktur, konstruksi dan energi terbarukan.

Dosen dari Leeds University Inggris Desy Ayu Pirmasari menyebut munculnya istilah green jobs, tak lepas dari isu perubahan iklim. Diharapkan, pemerintah dan pemberi kerja di masa mendatang dapat menyediakan lapangan kerja yang berkelanjutan baik untuk alam maupun manusia.

“Isu untuk menjaga lingkungan itu harusnya nggak usah dilabelin lagi tapi sudah menjadi kewajiban, sudah melekat di diri kita,” ujar Desy.

Desy mengapresiasi keinginan pemerintah dan swasta yang memiliki tujuan jangka panjang untuk menjaga lingkungan, misalnya dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Namun, ia mengingatkan untuk melibatkan sektor informal misalnya mengikutsertakan pengepul sampah.

“Sektor ini sangat jarang menyinggung sektor informal di mana banyak orang-orang itu actually doing green job without even you call it green job,” kata perempuan asli Kalimantan ini.

Menurut Desy, seluruh pekerjaan yang mendukung keberlanjutan bisa dimasukkan ke dalam kategori green jobs tanpa membedakan bidangnya.

Baca juga: Timbang-Timbang Program Student Loan

Dosen dari Leeds University, Inggris, Desy Ayu Pirmasari menyebut green jobs jangan hanya jadi label, tapi implementasinya harus sesuai yaitu mendukung lingkungan. (Foto: Dok pribadi)

Konsep keberlanjutan green jobs menekankan pelibatan lintas sektor. misalnya lingkungan, ekonomi, sosial, dan lainnya. Itu sebab, menurut Desy, di aspek sosial, pekerjaan hijau tidak bisa dilepaskan dari inklusivitas.

Bukan hanya dari segi talenta inklusif, yang harus melibatkan kelompok termarjinalkan, tetapi juga harus disediakan sarana pendukung, termasuk di dalamnya pembangunan kantor yang ramah difabel.

“Jangan membangun kantor yang tidak ramah difabel, dan (nanti) dokumennya harus ramah difabel juga biar yang blind bisa daftar,” jelas Desy.

Ke depan, Desy berharap isu-isu terkait perubahan iklim bisa lebih luas lagi dibahas, sebab green jobs bukan sekadar menyediakan pekerjaan ramah lingkungan tetapi juga mengakomodasi hak masyarakat terkait lingkungan.

“Keadilan iklim itu ada isu hak asasi manusia di sana, hak terhadap udara bersih, sanitasi, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Dengarkan penjelasan lengkap Dosen Leeds University, Inggris Desy Ayu Pirmasari di Uang Bicara episode Mengulik Green Jobs, Pekerjaan Masa Depan di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.