Article Image

ARTIKEL PODCAST

Timbang-Timbang Program Student Loan

"SMERU Institute melakukan pemodelan student loan berbasis pendapatan yang diharapkan jadi solusi keterbatasan akses pendidikan jenjang sarjana"

KBR, Jakarta - Program pinjaman pendidikan (student loan) tengah dikaji pemerintah. Ini dipicu polemik soal pembayaran uang kuliah menggunakan pinjaman online. Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah salah satu kampus yang memberlakukan kebijakan tersebut.

Menurut peneliti SMERU Institute, Elza Elmira, mahasiswa kesusahan membayar kuliah bukanlah isu baru. Makanya, ada skema beasiswa dan beragam program lain yang dilakukan pemerintah, kampus, hingga swasta. 

“Beasiswa coverage-nya kurang luas, pengalaman pribadi saya, untuk beasiswa S1, sebenarnya relatif lebih kecil daripada aktual kebutuhan yang harus dikeluarkan selama kuliah,” ujar Elza.

Tingginya biaya pendidikan tinggi jadi salah satu alasan masih rendahnya angka pendaftar jenjang S1. SMERU Institute kemudian membuat simulasi pembayaran kuliah menggunakan student loan yang dianggap bisa menjadi solusi keadilan akses ke pendidikan tinggi. Biar yang masuk kuliah nggak cuma dari kalangan berduit. 

“Kalau bicara Indonesia Emas 2045, berarti enrolment-nya harus dinaikkan. Skema ini juga sudah digunakan di beberapa negara seperti UK, Selandia Baru, Australia,” katanya.

Menurut Elza Elmira, student loan adalah skema pembayaran kuliah yang paling adil dan berkelanjutan.

Baca Juga: 
Riset: Minim Pemimpin Perempuan di Industri Keuangan

Elza Elmira dari SMERU Institute memaparkan bahwa skema student loan bisa mendongkrak tingkat pendaftaran S-1. (Foto: dok pribadi)

Dalam penelitiannya, SMERU Institute menggunakan tiga model student loan, (1) tanpa suku bunga, (2) total biaya kuliah ditambah 25%, dan (3) pengenaan 2% suku bunga.

“Yang paling memungkinkan, artinya secara waktu dan jumlah gagal bayar, serta subsidi yang paling middle-lah, nggak sebesar skema lainnya, itu yang 25% surcharge. Jadi total pokok utang, ditambahkan 25% surcharge,” jelas Elza.

Kajian SMERU Institute juga memaparkan pembayaran student loan yang tidak memberatkan peminjam, yakni skema income contingent atau pinjaman berbasis pendapatan.

“Sementara income contingent ini, dilihat dulu student yang pinjam ini, ketika dia lulus, apakah dia dapat kerja yang mendapatkan minimum gaji total tertentu yang bisa dipotong,” papar Elza.

Di sisi lain, menurut Elza pemerintah perlu mengambil peran dalam penerapan student loan. Di negara-negara maju, pemerintah menjadi penjamin bank untuk memberikan pinjaman kepada mahasiswa.

“Dengan adanya implicit subsidy, bantuan yang secara implisit diberikan oleh pemerintah. Itu dia akan lebih besar dialokasikan kepada orang yang pendapatannya overtime itu kecil,” tutur Elza.

Dengarkan Uang Bicara episode Timbang-Timbang Program Student Loan bersama peneliti SMERU Institute, Elza Elmira di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.