DARI POJOK MENTENG
Sasmito: Redaksi Itu Harus ada Dialog!
"“Saya dulu membayangkan, kalau wartawan itu ya bertugas di lapangan atau meliput kejadian di luar, tapi ternyata jadi wartawan tak selalu harus bekerja di lapangan,”"
Eka Jully
Hobi menulis cerpen dan naskah teater sejak mengecap pendidikan SMA di Jombang, Jawa Timur, mengantarkan salah satu Editor KBR, Sasmito Mahdrim menerjuni dunia jurnalistik. Meski kuliah di Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah pada Universitas Negeri Jakarta UNJ, namun ia aktif di pers kemahasiswaan. Pengalaman itulah yang mendorongnya menjadi wartawan. Sudah 7 tahun ia bekerja di media dan 5 tahun terakhir bersama KBR. Semua tugas kewartawanan di KBR, pernah ia tekuni. Mulai dari reporter di lapangan, produser, merancang TOR program KBR Pagi, menggawangi Kabar Baru, meracik Buletin Pagi, Buletin Siang dan Buletin Sore, serta sempat memegang salah satu program khusus KBR; Daerah Bicara. “Saya dulu membayangkan, kalau wartawan itu ya bertugas di lapangan atau meliput kejadian di luar, tapi ternyata jadi wartawan tak selalu harus bekerja di lapangan,” ujar pria yang saat ini tengah sibuk mewartakan Buletin Sore dan Kabar Baru.
Untuk menyajikan berita yang tepercaya, aktual dan menginspirasi, tentulah penuh perdebatan dan konflik dengan sesama awak redaksi. Tak jarang, pria satu anak ini terlibat ketegangan dengan tim redaksi terkait dengan tema atau narasumber yang dihadirkan. Namun, baginya, itulah dinamika kerja dan bukan menjadi persoalan yang merusak pertemanan atau etos kerja. “Bagus sih, kalau enggak ada dinamika atau dialog, malah mati. Kalau redaksi memang harus ada dialog, dan menurut gue itu syarat mutlak di redaksi,” ungkap Sas, panggilan akrab pria yang hobi menonton film ini.
Penyuka bakso dan kopi hitam ini, termasuk awak redaksi yang tak sungkan mengkritik atau memprotes sesuatu hal jika itu dianggapnya salah atau menyimpang. Ia juga peduli dengan aktifitas dan nasib rekan- rekan sekantornya. Tak heran, kalau ia dipercaya oleh PT. MLIN menjadi ketua Serikat Pekerja KBR, hampir satu tahun ini. “Saya mengenal KBR itu dari kuliah. Yang saya suka dari KBR itu, di sini saya bisa bebas menulis sesuai kemauan tanpa mengesampingkan kaidah jurnalistik. Dan KBR itu independen tanpa diintervensi oleh pemilik modal,” tegas pria yang pembawaannya kebapakan ini.
Hobi menulisnya, tak hanya diwujudkan dengan tulisan yang dipampang di Mading Kampus UNJ tempat ia kuliah dulu atau dimuat di website kbr.id. Tapi, ia juga mengabadikan karyanya pada sebuah buku. GYT (Gayatri) itulah judul novel yang baru saja ia telurkan. “Baru beberapa minggu, sekarang sudah terjual ratusan,” pungkas Sas sambil melanjutkan pekerjaannya.
Editor : Vivi Zabkie
- KBR
- editor KBR
- Sasmito mahdrim
- KBR Independent
- Novel GYT
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!