BERITA

Orang Rimba di Jambi Terpaksa Ubah Arah Melangun

Orang Rimba di Jambi Terpaksa Ubah Arah Melangun


KBR, Bengkulu - Sebanyak 30 Orang Rimba di Jambi terpaksa keluar dari hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) saat melaksanakan ritual Melangun. Mereka melaksakan perjalanan ritual tersebut dengan melewati jalan raya lintas barat.

Mustofa, salah satu Orang Rimba mengatakan, perubahan rute ritual itu terjadi lantaran hutan yang biasa dilewati untuk Melangun sudah berubah menjadi kebun sawit. Padahal sedari nenek moyang, mereka melintasi hutan TNKS sehingga tak kesulitan mendapat bahan pangan selama melakukan perjalanan.


"Pertama kami berjalan dari Surolangun, singkut satu masuk Lubuk Linggau, Curup. Tujuan kami ke Mukomuko, terus ke Simpang Tapan. Masuk Kerinci, Sungai Penuh dan sampai lagi ke Bangko Jambi," cerita Mustofa kepada KBR, Kamis (1/12/2016).


"Kami jalan kaki karena hutan ini sudah habis dan gundul jadi kami minggat terpaksa ke jalan hitam, karena hutannya tidak ada lagi maka kali lewat jalan hitam (jalan aspal)," imbuhnya.

Baca:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/10-2016/konflik__lahan_di_jambi__setelah_47_kali_pertemuan_orang_rimba_dapat__114_hektare/86098.html">Konflik Lahan Orang Rimba di Jambi</a></b></li>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/06-2016/sawit_vs_orang_rimba_di_jambi__menteri__kirim_tim/81976.html">Sawit vs Orang Rimba</a></b> </li></ul>
    

    Alhasil kini, tambah Mustofa, untuk memenuhi kebutuhan sepanjang menjalankan ritual tolak bala, mereka terpaksa meminta bantuan berupa uang, beras dan bahan kebutuhan lain kepada masyarakat di daerah yang mereka lewati.

    Ritual Melangun sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang Orang Rimba, apabila ada salah satu dari keluarga meninggal. Maka mereka diharuskan meninggalkan kampung halaman selama tiga bulan, hal ini dilakukan guna menghindari sanksi adat. (ika)

  • orang rimba
  • orang rimba jambi
  • melangun
  • perkebunan sawit
  • dampak sawit
  • Sawit

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!