HEADLINE

Warga Rembang Gelar Aksi Tolak Pernikahan Anak

"Selain membawa poster, peserta aksi juga membagikan brosur serta stiker 18 plus."

Musyafa

Warga Rembang Gelar Aksi Tolak Pernikahan Anak
Suasana aksi stop pernikahan anak di kawasan Alun Alun Rembang. Foto Musyafa

KBR, Rembang – Warga di Rembang, Jawa Tengah, hari Minggu (13/03) menggelar aksi tolak pernikahan anak. Mereka memusatkan aksi di kawasan Alun Alun Rembang. Selain membawa poster, peserta aksi juga membagikan brosur serta stiker 18 plus. Artinya kalau ingin menikah, harus sudah berusia di atas 18 tahun, bagi mempelai perempuan.

Saat kegiatan berlangsung, sejumlah wanita yang pernah menjadi korban pernikahan dini, karena paksaan orang tua menceritakan pengalamannya. Nurul Khoiriah salah satunya. Ia mengaku tali perkawinannya hanya bertahan 2 tahun, karena belum kuat mental dan ekonomi.


“Sedih sekali ya melihat temen temen seusia kita masih bisa sekolah, masih bisa bermain. Sedangkan kita sudah di rumah, mengurus rumah tangga. Sangat sakit rasanya. Sakitnya tuh di sini," ungkapnya.


Endang Suprapti, dari Plan Indonesia menyebutkan data terbaru di Kabupaten Rembang selama setahun, ada 1.000 lebih remaja perempuan yang menikah belum cukup umur. Hal itu memprihatinkan, karena pernikahan dini rentan menimbulkan penyakit kanker rahim bagi perempuan dan memicu kekerasan dalam rumah tangga.


“Itu ada seribu anak lebih perempuan yang menikah di usia anak, sedangkan anak laki laki sekira 40 an. Tapi angka itu belum termasuk anak anak yang menikah di bawah tangan. Tidak ada datanya dan hal itu masih saja terjadi," jelasnya.


Endang Suprapti menambahkan pihaknya akan terus menggiatkan aksi stop pernikahan anak ke desa desa.


Editor : Sasmito Madrim

  • pernikahan anak
  • Plan Indonesia
  • Warga Rembang
  • kanker serviks

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!