BERITA

Banjir, Seribuan Warga Jakarta Masih Mengungsi

""Tadi pagi memang khususnya sungai di Jakarta ada yang meluap. Antara lain Kali Sunter. Sehingga menggenangi permukiman penduduk, sehingga penduduk harus diungsikan,""

Eli Kamilah, Yudi Rachman

Banjir, Seribuan Warga Jakarta Masih Mengungsi
Warga tidur di tempat pengungsian korban banjir di Masjid Universitas Borobudur di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta, Senin (20/2). (Foto: Antara)


KBR, Jakarta- Sebanyak 1247  jiwa terpaksa mengungsi akibat banjir di Kelurahan Cipinang Muara, Jatinegara dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Banjir merupakan dampak dari luapan aliran Kali Sunter. Banjir sempat  mencapai 2 meter, pada Selasa sore tadi sempat turun 1 meter.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Husen Murad mengatakan, sekitar 900an lebih saat ini mengungsi di Universitas Borobudur. Sementara titik pengungsian lainnya tersebar di RW 13 Kecamatan Cipinang Muara dan RW 05 Kecamatan Cipinang Melayu.


"Tadi pagi memang khususnya sungai di Jakarta ada yang meluap. Antara lain Kali Sunter. Sehingga menggenangi permukiman penduduk, sehingga penduduk harus diungsikan," katanya.


Husen memperkirakan pengungsi masih akan bertahan hingga besok. Banjir akan terus melanda wilayah tersebut, jika hujan terus mengguyur.


Bulan Februari diprediksi BMKG menjadi puncak musim hujan. Sehingga, air bisa saja turun, namun bisa saja naik.


"Minggu, malam Senin udah sempat ada pengungsi, tapi memang udah surut. Tapi Selasa pagi dia naik lagi. Sehingga warga mengungsi, dan kali ini jumlahnya lebih banyak," ujarnya.


Sementara itu, untuk bantuan logistik untuk pengungsi, selain BPBD, ada bantuan dari Dinas Sosial, dan TNI. Ditambah dengan swadaya masyarakat yang tergabung dalam kelompok masyarakat kampung siaga bencana.


"Jadi warga itu membentuk dapur umum, dengan bahannya dibantu Dinsos, BPBD, dan ada juga dari kelompok masyarakat juga ada, sehingga mereka masak sendiri," tuturnya

Cuaca Ekstrim

Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  menyatakan curah hujan yang terjadi pada dini hari hingga Selasa pagi di wilayah Jabodetabek masuk dalam kategori cuaca ekstrim. Menurut Kepala Sub Bidang Ikllim dan Cuaca BMKG Agie Wandala Putra, curah hujan yang terjadi pada hari ini merupakan puncak dari musim hujan dan diprediksikan sebagai yang tertinggi sepanjang Desember hingga Februari.

"Intensitas tertinggi itu untuk Jakarta di periode sampai akhir Februari sebenarnya  dini hari menjelang pagi tadi. Itu merupakan intensitas tertinggi, tercatat di Kemayoran sampai 180 milimeter per hari. Artinya apa, di standar BMKG itu masuk kategori ekstrim. Itu masuk fenomena yang mengkibatkan hujan yang cukup tinggi," ujar Kepala Sub Bidang Ikllim dan Cuaca BMKG Agie Wandala Putra kepada KBR, Selasa (21/2/2017).

Agie Wandala Putra menambahkan, banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jabodetabek juga disebabkan karena meningkatnya curah hujan dan terjadi merata di seluruh daerah terutama di wilayah pesisir, Jakarta bagian selatan, Bekasi, Depok dan Bogor.

"Secara umum, seluruh wilayah Jakarta terjadi juga hujan dengan intensitas lebat. Artinya kisarannya 50-150 artinya cukup merata hujan di kawasan Jabodetabek secara umum," ungkapnya.

Untuk itu dia meminta masyarakat waspada karena cuaca akan berpotensi meningkat pada Kamis dan Jumat. Kata dia, awan hujan masih berada di bagian selatan Jakarta.

"Tetapi kita perlu waspada lagi pada lusa atau hari Kamis atau Jumat, karena hujan akan muncul lagi. Ditambah di daerah selatan juga hujan masih potensial, artinya banjir kiriman dan genangan yang diakibatkan dari selatan perlu diantipasi oleh instansi terkait. Mulai lusa itu, akan ada hujan yang cukup tinggi tetapi tidak akan setinggi hari ini," ungkapnya.  

Potensi Banjir dan Longsor

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banjir dan longsor berpotensi besar terjadi di Pulau Jawa bagian utara dan selatan. Dari pantauan BNPB, kata Kasubdit Peringatan Dini BNPB, Bambang Surya Putra, wilayah seperti Jabodetabek, Cirebon, hingga Brebes masih punya potensi hujan tinggi.

Bencana banjir di daerah-daerah itu juga dipengaruhi oleh daerah resapan air yang terus berkurang.


"Yang mesti diwaspadai memang Jabodetabek, Karawang, Indramayu, Cirebon, Brebes, yang potensi banjirnya cukup tinggi. Jadi memang ada perubahan peruntukan lahannya sudah berubah. Sudah berubah menjadi rumah-rumah, ladang yang berpindah, atau adanya penebangan liar," ungkapnya


Untuk mengatasi cuaca ekstrim di beberapa daerah, BNPB juga sudah mengimbau semua BPBD untuk waspadai dan antisipatif dalam menghadapi bencana banjir dan longsor.


"Kita peringatkan BPBD menyiagakan tim siaga cepatnya, warganya, SKPDnya (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Juga menyiapkan lokasi-lokasi evakuasi di tempat beresiko tinggi. Kemudian membuat mitigasi-mitigasi, seperti melihat tanggul air, seperti dibuatkan saluran-saluran," ujarnya.


Selain mitigasi struktural, BNPB juga sudah meminta BPBD untuk melakukan mitigasi nonstruktural. Yakni dengan cara melakukan pelatihan kepada masyarakat atau Pemda untuk upaya penanganan bencana.


Senada diingatkan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang  meminta masyarakat mewaspadai cuaca dan curah hujan tinggi selama beberapa pekan mendatang. Menurut Kepala Sub Bidang Ikllim dan Cuaca BMKG Agie Wandala Putra, curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai angin akan dominan terjadi di pesisir Barat Sumatera.

Selain itu, daerah Jawa Barat menjadi daerah dengan peluang tinggi terjadinya curah hujan dengan intensitas tinggi yang disertai angin  dan petir. Hal itu menjadi ancaman bagi daerah yang memiliki wilayah rawan longsor dan banjir.

"Ya jadi area yang paling dominan untuk seminggu ke depan itu di pesisir barat Sumatera dari kawasan Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, sebagian Riau, Sumatera Utara dan Aceh. Sumatera ini cukup dominan. Untuk Jawa sendiri, untuk sementara Jawa Timur relatif lebih aman, Jawa Tengah ada hujan tetapi intensitasnya tidak cukup tinggi, Jawa Barat yang perlu waspada juga," ujar Kepala Sub Bidang Ikllim dan Cuaca BMKG Agie Wandala Putra kepada KBR, Selasa (21/2/2017).

Sementara itu, untuk kawasan timur Indonesia, hujan dengan intensitas tinggi juga berpeluang terjadi di daerah Maluku. Sedangkan untuk daerah Kalimantan, karena adanya pertemuan angin menyebabkan curah hujan mengalami peningkatan dan terjadi merata hampir di semua daerah.

"Kemudian juga di Kalimantan, akibat adanya Borneo Vortex atau pun sirkulasi yang mengakibatkan daerah pertemuan angin di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalteng, akan ada hujan cukup tinggi di sana. Ditambah lagi daerah timur Indonesia. Itu ada daerah tekanan rendah yang mengakibatkan konvergensi di wilayah bagian Maluku," tambahnya.

Lebih lanjut Agie mengatakan, Januari dan Februari merupakan puncak musim hujan. Namun, tak tertutup kemungkinan hujan juga akan terus terjadi hingga bulan Maret. Untuk itu dia meminta pemerintah daerah dan instansi terkait untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor.

"Ketika bicara hujan, di Januari dan Februari adalah puncak musim hujan. Jadi tidak berpatokan Februari terus hilang, jadi diperkirakan sampai Maret pun akan terjadi hujan dan bahkan tipikalnya berbeda. Nanti polanya hujan dengan deras tetapi durasinya singkat di Maret. Pola peralihan itu perlu diantisipasi karena rawan longsor dan banjir bandang, itu diperkirakan akan sampai April. Nanti di bulan Mei akan masuk kemarau," katanya.

Editor: Rony Sitanggang

  • Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta
  • Husen Murad
  • Kasubdit Peringatan Dini BNPB
  • Bambang Surya Putra
  • Kepala Sub Bidang Ikllim dan Cuaca BMKG Agie Wandala Putra

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!