BERITA
Neraka di Aleppo, Warga Sipil: 'Selamat Tinggal Dunia'
"Lembaga kemanusiaan White Helmets melaporkan jalanan dipenuhi mayat bergelimpangan. Nyaris mustahil menghitung korban jiwa akibat gempuran masif tersebut. "
Agus Lukman
KBR - Pesawat tempur tentara Suriah dan pasukan artileri menghujani
kawasan Aleppo dengan tembakan tak henti-henti, sejak Jumat pagi lalu.
Gempuran terhadap Aleppo mendapat sokongan dari pesawat tempur Rusia.
Provinsi
Aleppo di bagian utara Suriah hampir sebagian besar dikuasai aliansi
kelompok pemberontak yang dikenal dengan sebutan Jaish al-Fatah atau
Tentara Penakluk.
Empat hari lamanya Aleppo dibombardir peluru,
roket dan bom, setelah Rusia menyatakan masa jeda kemanusiaan selama
sebulan berakhir pada Selasa lalu.
Pemerintah Rusia mengklaim
mereka meluncurkan rudal penghancur untuk menyasar 'kelompok-kelompok
jihadis di Suriah'. Sasaran yang disebut Rusia adalah kelompok ISIS dan
kelompok bekas afiliasi Alqaeda, Front Fateh al-Sham.
AFP
memberitakan suara tembakan, desing peluru, ledakan roket dan hancurnya
bangunan terjadi sepanjang hari, dari pagi hingga tengah malam. Lalu
berhenti beberapa jam untuk kemudian berlanjut lagi di esok harinya.
Kelompok pemberontak juga membalas dengan menembakkan belasan roket ke kawasan yang ditempati tentara Suriah.
Aleppo
akhirnya berhasil direbut Suriah, meski sebagian ada yang masih dalam
penguasaan kelompok pemberontak. Terutama di kawasan timur Aleppo.
Gempuran berakhir, dengan menyisakan dampak luar biasa.
Seperti neraka
Lebih
dari 250 ribu warga sipil terpaksa bersembunyi di ruang bawah tanah
atau bunker perlindungan, saat terjadi gempuran paling intensif
sepanjang enam tahun perang sipil di Suriah.
Sedikitnya 65
warga sipil tewas. Tidak ada bantuan yang masuk ke Aleppo timur sejak
wilayah itu dikepung tentara Suriah Juli lalu. Sementara bantuan makanan
dan obat-obatan dari lembaga kemanusiaan ikut hancur terbakar karena
penyerbuan.
Media Middle East Eye memberitakan situasi di timur Aleppo 'seperti neraka' setelah berhari-hari dalam serbuan. Aleppo terbakar.
"Saya
belum pernah mendengar serbuan bom artileri seperti ini," kata Najib
Fakhoury, kepala kelompok relawan White Helmets di Distrik Ansari di
Aleppo, seperti dikutip Middle East Eye.
"Sebelumnya kami
menerima telepon minta bantuan untuk memadamkan kebakaran akibat
gempuran artileri. Tapi kami tidak bisa keluar karena proyektil
berjatuhan ke jalanan," kata Najib.
Jalanan di kota Aleppo
dipenuhi reruntuhan rumah, apartemen dan bangunan lain yang terkena
gempuran roket. Lembaga kemanusiaan White Helmets melaporkan jalanan
dipenuhi mayat bergelimpangan. Nyaris mustahil menghitung korban jiwa
akibat gempuran masif tersebut.
PBB juga mendapat laporan adanya
82 warga sipil yang ditembak oleh tentara rezim Assad. Sementara itu
lembaga Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan kasus penembakan
terhadap warga sipil masih terus terjadi di Aleppo.
Media
Aleppo24 yang mengklaim sebagai sumber berita independen memberitakan
ada anak yang dibakar hidup-hidup oleh tentara Suriah.
Sementara
itu, media asal Turki, Anadolu, sebagaimana dikutip Guardian
memberitakan kesaksian seorang warga bernama Mahmud Sheikh.
"Kelompok
milisi melakukan acara pengorbanan terhadap sembilan anak dan empat,
dan mengeksekusi 67 pria oleh regu tembak di Distrik Firdaus dan
Kallasa. Mereka ini semua warga sipil," kata Mahmud Sheikh.
"Tidak
penting lagi sekarang untuk menyembunyikan identitas saya. Kami sudah
tidak takut lagi. Kami semua pasti akan dibunuh juga," kata Mahmud.
Nasib anak-anak
Sejumlah warga yang terjebak di Aleppo mengirim ucapan selamat tinggal kepada dunia, melalui telepon selular, Twitter hingga rekaman video.
Seorang
anak perempuan berusia tujuh tahun, Bana Alabed bersama ibunya yang
berada di Aleppo, mencuit di Twitter mengenai moment-moment terakhir
mereka yang antara hidup dan mati.
"Nama saya Bana. Saya umur 7
tahun. Saya bicara pada dunia saat ini secara langsung dari Aleppo
timur. Ini saat-saat terakhir saya antara hidup dan mati - Bana," begitu
tulis Bana Alabed.
"Ini pesan terakhir. Saya sangat sedih tidak
ada orang yang membantu kami di dunia ini. Tidak ada yang mengevakuasi
kami. Selamat tinggal. Fatemah #Aleppo," begitu cuitan Fatemah, ibu Bana
Alabed.
Lembaga UNICEF melaporkan ada lebih dari 100 anak tanpa
orang tua terjebak di bangunan-bangunan di bawah bombardir roket dan
peluru, sebagaimana diberitakan Reuters. Sedangkan, stok makanan yang
ada dikuasai tentara pemerintah Al-Assad, dan tidak ada pabrik makanan
yang beroperasi. Namun informasi dari PBB itu dibantah tentara Suriah.
"Perempuan
dan anak-anak, teriakan mereka bisa terdengar di bawah reruntuhan.
Sayangnya tidak ada yang bisa kami lakukan untuk mengeluarkan mereka
dari sana. Semua orang panik. Ini perang yang dahsyat. Setiap orang
hanya bisa berpikir untuk dirinya sendiri, bukan orang lain," kata
Abdullah Othman, kepala Dewan Konsultatif dari kelompok Front Levante,
kelompok pemberontak terbesar di Aleppo.
Abdullah Othman
mengatakan sebagian warga sipil yang selamat akhirnya menyelamatkan diri
ke kawasan yang dikuasai oleh tentara rezim pemerintah.
"Namun,
sekitar 70-an orang dari mereka dieksekusi di perbatasan. Sisanya
sekitar 40-an orang ditahan. Nasibnya tidak diketahui. Ada juga pagi
ini, 20-an perempuan memilih bunuh diri supaya tidak diperkosa orang
pemerintah," kata Othman.
Ini menjadi pertempuran paling parah sepanjang enam tahun konflik Suriah selama negeri itu dikuasai Bashar al-Assad.
"Lusinan
mayat dilaporkan tergeletak di jalanan di kawasan timur Aleppo, dan
warga tidak kuasa mengevakuasi jenazah karena tingginya intensitas
serangan," kata Zeid Ra'ad al Hussein, Komisi Tinggi HAM Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB).
"Penyerbuan Aleppo, korban tidak terhitung,
tumpahan darah, pembantaian pria, wanita dan anak-anak,
penghancuran...," kata Husein. "Kami berada di tempat yang tidak kita
ketahui kapan konflik yang kejam ini berakhir."
Jutaan orang
sudah meninggalkan Suriah selama perang sipil menuju ke Eropa dan
negara-negara lain. Dan sekitar 10 ribu orang kembali meninggalkan
Suriah dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
PBB mengingatkan
pembantaian warga di Aleppo bisa terulang di daerah-daerah lain seperti
Douma, Raqqa dan Idlib, dimana daerah-daerah itu dikuasai kelompok
oposisi.
"Kita tidak bisa biarkan ini terus berlanjut," kata Zeid Ra'ad al-Hussein.
Sejumlah
media memberitakan beberapa fasilitas kesehatan dan rumah sakit di
timur Aleppo menjadi target serangan tentara Suriah dan Rusia, meski
informasi itu belum dikonfirmasi. Namun organisasi kesehatan dunia WHO
awal pekan ini mengutuk serbuan terhadap berbagai fasilitas kesehatan di
wilayah itu.
"Ini mengejutkan. Hanya dalam tahun ini saja ada 126 kali serangan ke fasilitas kesehatan dan pekerja medis, yang tercatat WHO dan mitra kami," kata Juru bicara WHO Tarik Jasarevic. (Middle East Eye/NBC News/The Daily Beast)
- Suriah
- Aleppo
- Turki
- ISIS
- Timur Tengah
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!