KBR, Bengkulu - Desa Sumber Urip yang berada di Kecamatan Selupu Rejang, Rejanglebong, Bengkulu –terletak di kaki Bukit Kaba. Di sini, mayoritas penduduknya beretnis Jawa dan berprofesi sebagai petani. Beruntung pula, mereka diberkahi tanah yang subur.
Dan karena alasan itulah, penduduk setempat turun temurun menggelar tradisi sedekah bumi atau dalam bahasa Jawa dikenal Ambengan. Ritual ini sendiri, sudah dilakoni sejak 32 tahun silam.
Ada semacam kepercayaan pula, jika kebiasaan ini tak dilaksanakan maka akan muncul petaka. Hal itu pernah terjadi, pada tahun 2007 –dimana lahan pertanian mereka terserang hama jamur atau krespo.
Sesepuh Desa Sumber Urip, Waluyo, bercerita prosesi Ambengan dilakukan sesuai hitungan Jawa yakni Kamis Kliwon-Jumat Legi serta hitungan Kalender Islam yang jatuh pada bulan Dzulhidjah. Sehingga menurut perhitungannya, prosesi Ambengan jatuh pada 2 dan 3 Agustus 2017.
"Inti dari Ambengan sendiri yaitu memanjatkan doa-doa kepada Tuhan dan doa untuk para leluhur, serta meminta keselamatan, rezeki dan dijauhi dari mara bahaya kepada Yang Maha Esa," kata mbah Waluyo.
Sedekah bumi atau Ambengan, diawali dengan doa di dua mata air yang terletak di kaki Bukit Kaba, lalu dilanjutkan dengan shalat berjamaah, pembacaan yasin tahlil, serta ceramah agama. Esoknya, makan bersama –yang disediakan penduduk ke balai desa sebagai lokasi berkumpul.
Yang menarik, sumbangan sedekah bumi ini ditentukan berdasarkan hasil rapat desa. Dalam rapat itulah terbentuk panitia penyelenggara Ambengan. Mereka yang nantinya mempersiapkan seluruh prosesi termasuk menarik iuran dari masyarakat sesuai kesepakatan rapat, yakni Rp35 ribu per rumah.
Namun begitu, panitia takkan membatasi warga yang hendak memberikan sumbangan lebih, semisal hasil pertanian. “Kita tentukan sesuai rapat desa, karena kebutuhan untuk prosesi adat tiap tahunnya pasti berubah-berubah. Nah untuk dua tahun ini nilainya tetap sama yaitu sebesar Rp35.000 per rumah,” ujar Kepala Desa Sumber Urip, Yadi Sutanto.
Masyarakat desa pun percaya, jika ada yang tidak memberikan sumbangan maka suatu ketika akan tertimpa malapetaka terhadap keluarganya.
"Kalau soal nyumbang atau tidak nyumbang itu kesadaran individu, ya tapi kebanyakan keyakinan warga kalau tidak nyumbang rezekinya jadi sulit. Mereka berfikir ini akibat karena tidak nyumbang atau lupa nyumbang sedekah bumi," sambungnya.
Inti gelaran Ambengan adalah pertunjukan wayang yang dilaksanakan semalam suntuk pada Jumat Kliwon. Dalangnya yang dipercayai warga desa –tujuannya, kata Kepala Desa Yadi Sutanto, agar membawa ketentraman.
Bencana Krespo 2007
Bencana hama terbesar yang menimpa Desa Sumber Urip, terjadi pada 2007. Kala itu, hama krespo atau jamur, begitu ganas menyerang lahan pertanian mereka. “Aku waktu itu pernah dapat sekarung hama krespo bersama dinas pertanian. Kami membasmi krespo,” kata salah satu petani, Tugiran.
Begitu pula dengan Gito. Lahan sayuran sawi miliknya seluas setengah hektar mati diserang krespo. “Tanaman saya habis semua. Waktu itu sayuran sawi. Kalau sekarang sudah mulai berkurang ya paling sedikit dan hanya hama keong-keong kecil itu juga tidak banyak,” ujar Gito.
Kemalangan itu, membuat perangkat desa bermusyawarah. Sesepuh desa, Waluyo, lantas menyarankan warga meruwat selama tujuh tahun berturut-turut. “Selama tujuh tahun berturut-turut sejak 2007 dalam prosesi wayangan disertakan ruwatan dalam lakon perwayangan. Intinya untuk mengusir dan menangkal keburukan,” katanya.
Pasca ruwatan selama tujuh tahun, tepatnya pada 2015, lahan pertanian di Desa Sumber Urip kembali menggeliat. Hama krespo pun menghilang. Panen cabai malah kini, saban harinya bisa mencapai lima hingga enam ton dengan luas lahan 400 hektar. Tanaman lain yang jadi andalan adalah daun bawang dan tomat.
Hasil panen itu kemudian dijual, selain untuk kebutuhan sehari-hari. Dan dari pertanian ini, mereka bisa menyekolahkan anak, membangun rumah, dan membeli keperluan rumah tangga.
Kepala Desa, Yadi Sutanto, berharap warganya sejahtera dan makmur mengelola lahan pertanian. Sebab tanah ini adalah hidup-mati mereka. “Maju dalam pembangunan dan mandiri. Ke depan harapan saya kita tidak lagi tergantung dengan pemerintah daerah sekarang,” tandas Yadi.
Editor: Quinawaty
[SAGA] Menilik Sedekah Bumi di Rejanglebong Bengkulu
"Inti dari Ambengan sendiri yaitu memanjatkan doa-doa kepada Tuhan dan doa untuk para leluhur, serta meminta keselamatan, rezeki dan dijauhi dari mara bahaya."

Jumat, 11 Agus 2017 16:50 WIB

![[SAGA] Menilik Sedekah Bumi di Rejanglebong Bengkulu [SAGA] Menilik Sedekah Bumi di Rejanglebong Bengkulu](https://kbr.id/media/?size=730x406&filename=tradisi-ambengan-desa-rejanglebong-sumber-antoni-kbr.jpg)
Tradisi Ambengan atau Sedekah Bumi di Desa Sumber Urip, Rejanglebong, Bengkulu. Foto: Muhamad Antoni/KBR.
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Pandemi dan Kesejahteraan Jurnalis dalam Krisis
Kabar Baru Jam 8
Seperti Apa Tren Wisata 2021?
Kabar Baru Jam 10