KBR, Jakarta - Sekolah Rakyat Ancol di Jakarta Utara beruntung memiliki murid seperti Rohayati. Bocah berusia 15 tahun ini punya cara unik mendeteksi makanan tak sehat, terutama jajanan mengandung bahan pengawest seperti boraks.
"Saya meneliti makanan, soalnya kalau banyak jajananan yang mengandung boraks itu bahaya mengakibatkan penyakit bisa mencret-mencret gitu,” ucapnya ketika dikunjungi di Sekolah Rakyat Ancol.
Rohayati bersama dua temannya, Intan Pratiwi dan Sri Wulandari pun menjelaskan kepada KBR, bagaimana mendeteksi makanan yang mengandung boraks.
“Kunyit bubuk beli di warung, kalau enggak bisa kunyit batangan juga bisa kita parut, terus kita ambil airnya kita peres, ampasnya dibuang. Terus makanannya kita tumbuk dulu kecil-kecil. Kalau enggak ada tumbukan pakai pisau bisa, tapi kecil-kecil sampai halus. Pokoknya sampai halus kalau enggak halus enggak bisa dites, susah juga penelitiannya,” lanjut Rohayati.
Rohayati serta kelompoknya kemudian mencoba mendeteksi jajanan yang ditemukan di pinggir jalan seperti bakso dan gorengan. “Sudah ditumbuk, kita tetesin kunyitnya, tiga tetes. Kalau sudah kita tetes langsung berubah kalau mengandung boraks. Nah kan langsung berubah baksonya. Kalau langsung berubah itu berarti ada boraksnya.”
Benar saja, bakso yang dibeli dari pinggir jalan itu langsung berubah menjadi merah kecokelatan.
Tak hanya meneliti makanan yang mengandung boraks, Rohayati dan kelompoknya juga berbagi rahasia bagaimana mendeteksi boraks ke masyarakat sekitar dan sekolah lain.
“Kita ke beberapa sekolah, ada tiga atau dua sekolah SD di sekitar sini. Di daerah kota dan lainnya. Kita kasih tahu dek, jangan makan jajanan kayak gini yah. Mereka pada tanya memang bahayanya apa sih kak? Saya bilang sakit perut bahkan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Tidak jarang juga, Rohayati dan kelompoknya mendapat perlakuan tak menyenangkan dari masyarakat sekitar ketika menyosialisasikan bahaya boraks.
“Waktu itu kumpulkan ibu-ibu di rumah RT terus kita kasih tahu. Tanggapannya ada yang baik ada yang bodo amat. Sampai-sampai dibilang adek sok tahu banget. Habis itu pergi. Tapi banyak juga ibu-ibu yang nanya bahayanya apa dek?” Kata Rohayati.
Rohayati dan Ashoka Young Changemaker 2015
Guru pendamping Rohayati dan kelompoknya, Kholifatullah bercerita tentang awal mula Rohayati dan kelompoknya menemukan cara mendeteksi boraks sejak sebulan lalu.
“Pertama kita diskusi untuk mengembangkan pengetahuan mana jajanan yang sehat dan negatif. Sebenarnya banyak yang bisa ambil tapi kita coba boraks dulu. Yah kalau menurut literatur kunyit punya kurkumin. Banyak penelitian menggunakan kurkumin. Nah anak-anak kan bisa nyoba sendiri untuk cari jajanan yang sehat,” ucap Kholifatullah.
Apa yang dilakukan Rohayati dan kelompoknya itu tak sia-sia. Ia pun masuk dalam nominasi Ashoka Young Changemaker 2015. Sebuah penghargaan untuk mendukung anak muda berusia 12-25 Tahun yang telah mengembangkan gagasan sosial bagi masyarakat dan menunjukkan dampak perubahan sosial.
Rohayati pun punya keinginan, menggencarkan sosialisasi deteksi makanan berbahaya di acara yang lebih luas semisal Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
“Yah kita mau sosialisasi lagi di CFD bundaran HI, kita mau praktekkan di depan mereka dan kasih tahu nantinya,” tutup Rohayati.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Rohayati, Si Pendeteksi Boraks dari Sekolah Rakyat Ancol
Bocah berusia 15 tahun ini punya cara unik mendeteksi makanan tak sehat, terutama jajanan mengandung bahan pengawest seperti boraks.

Rohayati (kiri) bersama Intan Pratiwi dan Sri Wulandari. (Foto: Erric Permana)
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Pandemi dan Kesejahteraan Jurnalis dalam Krisis
Kabar Baru Jam 8
Seperti Apa Tren Wisata 2021?
Kabar Baru Jam 10