KBR- Bagaimana rasanya setiap hari bermain dengan sampah? Tidak seperti kebanyakan orang yang langsung merasa jijik dengan sampah, Mohammad Baedowy justru merasa sebaliknya.
Buat pemilik CV Majestic Buana ini, sampah justru punya sisi lain yang bisa mendatangkan rejeki. Bonusnya, lingkungan sekitar menjadi bersih.
Berkat kemauan dan tekad pantang menyerah, Mohammad Baedowy kini menjadi pemulung yang sukses dan kaya.
Sampah
yang ia kelola adalah plastik yang sering digunakan masyarakat. Sebut
saja plastik bekas wadah oli, minuman kemasan, shampoo,
botol-botol inpus, dan sejenisnya. Sampah-sampah itu ia ambil dari
lapak dan pengepul.
Sampah plastik yang ia kelola itu, diproses
sesuai jenisnya, lantas disulap menjadi tali rafia, karung, celengan,
rumah/plastik untuk sapu ijuk dan sebagainya. Dalam sehari, pabriknya bisa
memproduksi 3000 plastik rumah sapu.
"Setiap hari saya bermain dengan sampah. Baru sekitar 15 tahun mengelola sampah, pengennya sih sampai ratusan tahun ," ujarnya saat berbincang bersama KBR pada program Obrolan Ekonomi, Juma't (29/5/2015).
Dalam sehari, pabriknya bisa
menggiling 1-3 ton plastik. Per kilo plastik, ia mengantongi
keuntungan Rp.500-Rp.1000. Namun, karena dalam sehari bisa menggiling
hingga berton-ton plastik, sehari ia bisa meraup untung hingga Rp.3 juta dalam 8
jam kerja. Cacahan plastik yang ia hasilkan, ada yang di ekspor ke
China. Hasil produksinya, dijual lagi ke Indonesia.
"Tak banyak
kompetitor yang menjalankan bisnis dengan sampah, padahal modalnya minim
dan resikonya pun rendah. Tak seperti bisnis kuliner makanan atau
buah-buahn yang resikonya bisa basi," ujar Baedowy mengungkapkan
alasannya.
Tak cuma memproduksi cacahan plastik dan produk daur ulang, tapi, ia juga membuat dan menjual mesin penggiling sampah. Siapapun yang membeli mesinnya, akan dipasangkan dan dilatih langsung. Tenaga pelatih pun, akan dikirim ke daerah asal si pembeli. Harga mesin produksinya, berkisar Rp.30-45 juta. Dan, orang-orang yang membeli mesinnya, dirangkul menjadi mitra. Syaratnya, paling tidak mempunyai lahan seluas 300 meter untuk mengelola sampah.
"Yang membeli mesin kami, dari orang Papua sampai Aceh. Istimewanya, hasil cacahan sampah plastiknya, seratus persen kami beli, dan garansi mesin selamanya. Namun, jika ingin membeli membeli mesin dari saya, harus datang dulu ke pabriknya di Bekasi, supaya bisa dilihat dan mengenal bisnis ini dengan baik," ujarnyaBukan tanpa hambatan ia bisa meraih kesuksesan seperti sekarang. Diawal memulai usaha, Baedowy mengaku mengalami kondisi yang sulit. Mesin yang ia pakai untuk mencacah sampah plastik, rusak. Janji garansi yang diberikan, tak ditepati. Ia sempat putus asa. Mesin dan pabrik pun hendak ia jual. Tapi, tak ada yang membelinya. Karena itu, akhirnya ia menjalani lagi usaha ini. Mesin yang rusak pun ia benahi. Produksi cacahan plastik, dilanjutkan. Itulah yang membuatnya tergerak juga untuk memproduksi mesin penggiling sampah.
Kini, ia sudah mempunyai 60 karyawan dan pabrik dari Aceh sampai Papua. Ia pun sudah membangun ratusan jaringan mitra. Tak sia-sia ia menanggalkan pekerjaannya sebagai auditor bank terkemuka. Karena usaha yang ia rintis sudah menghasilkan milliaran rupiah.
Meski awalnya, keluarganya meragukan binisnya dan orang-orang sekitar pun mencibir. Belum lagi pelitnya orang-orang yang menjalani bisnis serupa yang mau berbagi ilmu. Namun itu tak menghalangi niatnya untuk terus mengibarkan usaha.
"Sekarang, saya balas dendam, semua orang yang belajar sama saya, saya janji akan saya kasih ilmunya"
Setelah puas berkecimpung di bisnis ini selama 15 tahun, kini pria mapan ini, lebih aktif di kegiatan sosial. Seperti mengajar di kampus-kampus sebagai greenpreneur.
"Tingkat kemapanan pengelolaan bisnis itu bisa dilihat dalam 5 tahun. Jika 1 tahun gagal, itu biasa, kalau 3 tahun sudah berhasil, tak usah ge-er. Tapi, kalau 5 tahun masih jalan ditempat, lebih baik ganti setir saja," pungkasnya
Editor: Malika