SAGA

Membangun Ulang Benteng Tsunami (3)

"Lebatnya kembali hutan bakau di sana bisa menjadi benteng alam penghalang tsunami."

Gungun Gunawan

Membangun Ulang Benteng Tsunami (3)
Wahyono, Cilacap, Segara Anakan, Hutan Bakau, Tsunami

Manfaat Ekonomi

Sinar mentari petang itu terasa hangat  menyengat kulit. Sambil memantau tambak ikan, Wahyono menunjukkan hasil kerjanya selama ini. Deretan pohon bakau berjejer rapi mulai dari yang paling kecil, hingga yang setinggi hampir 10 meter. “Sonaratia casolaris, sonaratia alba, dan Apisenia Alba itu tumbuh pertama. Bahasa awamnya itu api-api, bogem. Menanam mangrove itu mudah. Jatuh sendiri juga bias tumbuh. Yang susah itu penjagaannya dari orang yang menebang,” terangnya.

Atas upayanya itu  pada 2011 lalu lelaki 48 tahun ini bersama kelompok yang dibinanya diganjar penghargaan untuk para pejuang lingkungan, Kalpataru. “Dari bupati, dari PWI, dari gubernur dari menteri keluatan kemarin 2011 sudah. Saya juga tidak mengerti. Tiba tiba disuruh datang ke kantor Bupati. Buat saya mendapat penghargaan itu bukan tujuan karena tujuannya kan untuk melestarikan hutan bakau,” katanya merendah.

Upaya yang dilakukan Wahyono dan kawan-kawan mulai dirasakan warga Kampung Laut. Seperti dituturkan Mad Sukardi. “Kalau buat masyarakat ya menambah pendapatan. Kalau dulu ikan ga ada yang mau bertelur sekarang sudah banyak yang bertelur di bawah pohon bakau. Makanya sekarang pendapatan dari ikan besar. Dulu gak ada sama sekali.”

Mat yang juga anggota  Krida Wana Lestari mengaku upayanya membantu penanaman bakau tidak mengganggu pekerjaan utamanya sebagai petani.  Kalau sebagai petani kan bias diatur. Sekian hari kita bertani, setelah selesai tandur kita ngurus bakau. Ada hari khusus biasanya jumat untuk mengurus bakau”

Manfaat hijaunya hutan bakau juga dirasakan Adi, warga Desa Ujung Alang. “Ya sekarang lumayan lah banyak kalau tumbuhnya bagus, ikan banyak, udang, kepiting, blanak. Paling banyak itu kita dapat blanak. Kalau dulu seharian bisa gak dapat sama sekali.”

Lebatnya kembali hutan bakau di sana bisa menjadi benteng alam penghalang tsunami.  Keelokan hutan bakau di laguna Segara Anakan membuat warga berniat menjadikan  kampung halamannya sebagai lokasi kunjungan wisata. Langkah ini didukung pemerintah setempat jelas pejabat Dinas Kelautan dan Pengelolaan SDA Segara Anakan Cilacap, Moch Harnanto. “Sebenarnya ini inisiatif kelompok yang terpicu oleh maraknya illegal loging. Lalu mereka berinisiatif mengumpulkan bakau di satu titik supaya lestari,” paparnya.

Untuk menambah daya tarik wisatawan, kelompok tani  Krida Wana Lestari  juga mulai merintis usaha lain. Membuat panganan dari bahan baku bakau seperti kerupuk dan permen.  “Ada kalau buat kerupuk itu arcantus, kalau buat jadi permen ya bogem tadi sonaratia casolaris. (sudah dipasarkan ke mana saja?) kita belum memasrkan ya tapi kalau ada pesanan seperti kemarin untuk pameran begitu kita sudah beberapa kali ikut pameran. (harga jualnya berapa?) kita belum hitung secara satuan ya. Tergantung butuhnya berapa kilo atau kalau permen tiu berapa toples. Kita perkenalkan dulu lah enak atau ga. Jadi belum jual masih di pameran saja.”

Hutan bakau yang dulu rusak kini mulai memberi manfaat bagi warga.  Kelompok Krida Wana Lestari juga mulai merintis usaha  memasok bibit bakau ke daerah lain. Mat Sukardi, salah satu anggota kelompok itu menuturkan. “Ya ada bakau kacang, bakau gandul, bakau yang kecil juga ada itu tancang merah, tancang putih, tancang hijau bias dijual semua. Kita kan kelompok jadi memang kerjasama nantinya dibagi rata hasilnya. Kemarin lumayan lah bias jual 200 ribu pohon. Satu pohonnya dua ribu rupiah.”

Inisiatif dan perjuangan perbaikan lingkungan yang dilakukan Wahyono bersama warga Kampung Laut, Cilacap patut ditiru.Namun perlu pendampingan dari pemerintah dan swasta. Penyuluhan dan pendidikan lingkungan yang berkelanjutan lebih penting ketimbang dana yang bersifat sementara. ***

Editor: Taufik Wijaya

  • Wahyono
  • Cilacap
  • Segara Anakan
  • Hutan Bakau
  • Tsunami

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!