KBR68H - Kesal dengan sikap penumpang yang tak peduli dengan perempuan yang tengah mengandung, Efi Femilia menggagas “Gerakan Bangku untuk Ibu Hamil”. Sebuah gerakan sosial untuk menggugah kesadaran penumpang di transportasi umum.
Perempuan berjilbab itu tengah antre tiket kereta rel listrik (KRL) jurusan Bogor di Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Senyumnya mengembang saat disapa KBR68H. Woro Lestari yang sedang hamil empat bulan tersebut hendak pulang ke rumahnya di Depok.
Woro berbagi pengalaman saat berada di dalam kereta api.
KBR68H : Kalau dari tebet, sering dapat tempat duduk?
Woro : Seringnya pas di Kampus Universitas Indonesia. Setelah itu kan Pocin (Nama Stasiun Pondok Cina, Beji Depok-red), Depok jadi tinggal turun. karena penuh, geser-geser itu mendekati bangku hamil, kalau udah di depan bangku, ada anak muda atau bapak-bapak itu biasanya suka geser-geser.Bu duduk Bu. Ibu-Ibu jarang, ada seh pernah sekali.
Woro menambahkan, “Kalau pas hamil, jarang naik yang khusus wanita (gerbong kereta-red), itu saja tidak tega, kalau ada yang duduk, kita minta. Mintanya itu yang nggak enak, sesama perempuan.”
Jika tak kebagian bangku, Woro hanya bisa pasrah. Dia baru akan meminta penumpang merelakan bangkunya jika ia sudah tak tahan berdiri. “Kalau nggak kuat banget baru minta. Tapi kalau minta juga kadang nggak enak, takut disangka bohong, benar nggak hamil, karena perutnya terlihat rata. Cuma muka udah pucat, mual nggak enak, pusing, baru dikasih duduk.”
Woro juga pernah melihat pengalaman tak menyenangkan serupa dari penumpang lain. “Ada juga yang galakan dia daripada kita. Ada ibu hamil besar, terus aku cariin tempat duduk, aku tak duduk tak apa-apa deh. Aku cari bangku, udah penuh yang prioritasnya itu. Terus ada ibu-ibu dibangunin sama orang, eh dia malah marah-marah, bilangnya, bumil sekarang tuh manja ya, terus dia bilang, saya dulu tuh kereta masih satu jalur, kondisi penuh, lagi hamil, naik kereta ya naik kereta aja, ngga kaya sekarang, dikit-dikit minta duduk.”
Bagusnya nggak ditentuin ada dimana bangku prioritasnya, ada di tengah atau di mana, itu harus duduk, jangan sana bu,kalau penuh gimana geser-gesernya ya dah berdiri saja.
KBR68h : Seharusnya ada di mana bangku prioritas?
Woro : Kalau ibu hamil memang paling riskan kendaraan ya, soalnya kalau mal dan tempat lainnya nggak begitu terlalu. Tidak perlu ada tempat khusus gitu.
Tapi perempuan 30 tahunan ini punya resep agar dapat duduk di bangku prioritas. “Antisipasinya, ya ketika masuk gerbong, kita harus pintar pas naik gerbong, berdiri pas pintu karena sebelah kanannya atau kirinya tuh sudah bangku prioritas. kalau di tengah agak susah. Apalagi kita minta bangku yng non prioritas, suka dibilangin, sana aja bu, sana aja .Di usir.
Pengalaman tak menyenangkan juga dirasakan ibu hamil lainnya.
“Nama saya Esti Puspita Sari, umur saya 34 tahun, saya mengalami, bekerja sambil kondisi hamil, naik kendaraan umum, pas hamil anak yang kedua. Jadi waktu hamil tuh, kalau berangkat selalu di antar sampai Cawang, dari cawang itu nyambung kendaraan umum no 57 , dan kondisi penuh, jarang penuh, jarang orang yang ngasih duduk, makanya aku di antar ke cawang. Nah rata-rata tuh udah penuh kursi, jarang juga orang meskipun hamil, memberi tempat duduk.”
Serupa Woro, Esti tak pernah memaksa penumpang untuk memberikan bangku padanya. “Tidak pernah minta sih, kalau ada kesadaran ya duduk atau kalau ada penumpang turun, baru dapat duduk. Tetapi memang kondisinya rata-rata penuh. Ya kalau misalkan umur 1-3 bulan lah, kalau kondisinya berdiri, ya berdiri kita nggak pernah minta. Alhamdulillah kuat.”
Di tengah situasi yang belum nyaman bagi perempuan mengandung, muncul sebuah “Gerakan Bangku untuk Ibu Hamil”
Gerakan BUIH
Pukul setengah tiga sore di stasiun Manggarai Jakarta. Puluhan orang tengah antre di loket tiket stasiun. Dua petugas nampak sibuk memeriksa tiket penumpang yang lalu lalang.
Di sudut lain stasiun, beberapa perempuan muda tengah sibuk menyiapkan pernak-pernik acara. Mereka tengah menggagas “Gerakan Bangku untuk Ibu Hamil atau BUIH”. Gerakan moral yang digagas sejak april 2012 silam itu bertujuan menggugah masyarakat agar lebih peduli kepada ibu hamil yang tengah berada di tempat umum.
Banyak perempuan hamil yang terpaksa berdiri karena tak mendapat atau sengaja tak diberi bangku oleh penumpang di kendaraan umum seperti bus atau kereta api. Akibatnya mereka terpaksa berdiri berjam-jam. Salah satu penumpang kereta, Suwardi Rosadi mengakui masih banyak penumpang yang egois.
“Kalau saya pikir bukan bangku prioritas, tetapi lebih ke penggunanya, di moral orang-orangnya. Perlu adanya sosialsiasi pengguna krl, mengingatkan memberikan tempat bagi wanita sama saja memberikan tempat bagi ibu dan istri kita saat hamil,” kata Suwardi.
Petugas kereta api sebenarnya tak tinggal diam. Mereka kerap menegur penumpang yang tak berikan bangku prioritas kepada ibu hamil. anggota Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska), Pratama menuturkan, “kalau penumpang itu, kalau lihat bumil, kalau lihat kita,walau dia nggak ikhlas dan ada dorongan penumpang juga, kalaupun nggak kita suruh, pasti kebagian juga bumil. Itu yang saya lihat, kan beda-beda ya penumpang. Cuma kan kalau ada bumil satu naik, dia lihat saya, dan di lihatin penumpang lain juga malu, kalau kita nggak bangun,”
penggagas gerakan ini, Efi Femilia menuturkan kampanye serupa pernah digelar di Depok, Jawa Barat. “Menurutnya urgensinya itu lebih ke mengetuk gerakan sosial gerakan moral, orang-orang di angkutan umum untuk memberikan bangkunya ketika ada penumpang yang diprioritaskan untuk duduk. Sebenarnya itu aja, dengan semakin permisifnya orang, karena harga kusrsi moda transfortasi semakin mahal, apalagi kereta, harga 8ribu, wajar orang nggak mau ngasih tempat duduk. Beda ketika KLRL Ekonomi, itu pasti dapat, dengan sukarela ngasih, saya pernah beberapa kali dapat tempat duduk, lebih beradab, cuman ya agak ga nyaman naik kereta ekonomi untuk bumil,” jelas Evi.
Bangun Kesadaran
Pengalaman tak menyenangkan itu juga sempat dialami ibu dua anak tersebut. “Jadi awalnya saya pulang pergi naik krl. Selama hamil dari Juli 2011 sampai melahirkan Maret 2012, saya jarang sekali dapat tempat duduk. sebenarnya ada udah ada (bangku prioritas bumil-red) cuman kan orang jarang ngeh, dan ternyata selama hamil saya jarang sekali dapat tempat duduk, jadi awalnya seh pengalaman pribadi, dan akhirnya bikin yuk, dan saya minta tolong sama teman-teman,” terangnya.
Gerakan ini mendapat dukungan sejumlah relawan. salah satunya Yani, “Sebagai volunteer tergerak juga ya, melihat fenomena-fenomena bumil, karena saya seorang perempuan, yang nanti insyaallah akan merasakan itu.”
menurut karyawati sebuah perusahaan ini, kampanye tersebut penting,untuk membangun kesadaran masyarakat khususnya pengguna transportasi umum. Agar mereka lebih peka kepada ibu hamil saat naik kendaraan umum seperti bus atau kereta api.
“Saya pikir yang perlu digerakan, moralnya dulu, moral dari orang indonesianya dulu, bagaimana caranya tergerak melihat bumil, nenek tua atau sebagainya, memberikan bangku prioritas bagi mereka,” ungkapnya.
Dalam kampanye kali ini, Efi bersama relawan lainnya mendata ibu hamil yang ditemui di Stasiun Manggarai. Mereka juga membagikan tanda atau pin untuk ibu hamil. Setelah melahirkan pin itu bisa diberikan kepada rekannya yang tengah mengandung. Atau pin diserahkan kepada BUIH untuk kembali diberikan kepada perempuan lain yang tengah mengandung.
“Bumil tadi hamil 29 minggu, nah melahirkan, dia kan kita daftar, nantinya apa kita ambil pinnya lagi atau pinnya tersebut, diberikan kepada bumil lain. Terus di follow up, kita harapkan seperti itu, semoga dia nggak ganti email atau nomor hp ya,”jelasnya.
Tak hanya pin, selebaran tentang pentingnya gerakan ini juga ikut dibagikan ke penumpang kereta rel listrik (krl) lainnya.
Agar dapat dukungan masyarakat luas, kampanye buih juga disebar ke media sosial seperti twitter.
Penumpang seperti woro dan esti berharap kampanye buih dilakukan dibanyak tempat. Agar masyarakat semakin sadar pentingnya memberikan bangku kepada perempuan yang tengah mengandung. “Ya harus diadain, karena jika kita menunggu kesadaran orang, itu kan semua orang berbeda-beda, belum tentu mereka sadar. pernah juga ngeliat orang bapak-bapak duduk, bumil berdiri, kok sama sekali nggak punya kesadaran. Nggak mikir apa, gimana kalau istrinya yang digituin. Makanya butuh banget, mau ke mall lah, atau transfortasi umum ke mana pun, harus ada,” harapnya.
(ELI, FIK)