RAGAM

Lebih 55 Persen Masyarakat Target Sasaran di DIY Sudah Divaksinasi Tahap I

"Target nasional termasuk DIY minimal 70 persen penduduk harus tervaksinasi dalam waktu setahun. Harapannya tidak sampai batasan (setahun) sudah 70 persen divaksinasi agar tercipta imunitas alamiah"

Paul M Nuh

Lebih 55 Persen Masyarakat Target Sasaran di DIY Sudah Divaksinasi Tahap I
Ilustrasi. Jemput bola vaksinasi lansia di Polres Gorontalo Kota, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (1/5/2021). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/hp.

Yogyakarta - Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Trisno Agung Wibowo, SKM, M.Kes menyebut, hingga saat ini kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY 39.644 orang dengan angka kesembuhan mencapai 87,62 persen.

"Adapun angka kematian bisa ditekan hingga 2,52 persen," ujar Trisno di sela-sela Pertunjukan Virtual Kesenian Tradisional: Peduli Kesehatan, Taati Peraturan yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Sabtu (1/5) malam. Pertunjukan tersebut menghadirkan Orkes Sinten Remen dengan bintang tamu Intimate String Kwartet Ndaru Ndarboy dan host Butet Kartaredjasa, Alit Jabang Bayi, dan Gundisos.

Trisno menjelaskan, upaya meningkatkan imunitas bisa dengan makan teratur dan bergizi serta tidak stres. Upaya lainnya adalah dengan imunisasi atau vaksinasi. Trisno mengaku bersyukur, sebanyak 55,67 persen atau sekitar 369.625 orang telah menjalani vaksinasi tahap 1 dari jumlah total jenis sasaran sebanyak 663.902. Ada tiga jenis saran yakni tenaga kesehatan 33.799 orang, pelayan publik 334.754 orang, dan lansia 295.349 orang. Adapun cakupan vaksinasi tahap 2 sudah mencapai 33,62 persen karena terus masih berjalan.

"Target nasional termasuk DIY minimal 70 persen penduduk harus tervaksinasi dalam waktu setahun. Harapannya tidak sampai batasan (setahun) sudah 70 persen divaksinasi agar tercipta imunitas alamiah di masyarakat," ujar Trisno.

Dia meminta masyarakat agar tidak ragu divaksinasi. Sejauh ini dari jutaan orang divaksinasi, tidak ditemukan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius. Trisno juga berharap masyarakat mewaspadai informasi yang tidak benar terkait COVID-19 dan vaksinasi. "Seperti ada yang menyebut tidak perlu vaksinasi, cukup makan tape yang banyak. Itu tidak benar. Kembalikan segala sesuatu nya kepala hal yang ilmiah," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kominfo DIY, Ir. Rony Primanto Hari, M.T menambahkan, jika di dunia kesehatan ada pandemi, kalau di dunia informasi itu ada infodemi yaitu informasi yang jahat yang berkembang dengan amat cepat karena adanya teknologi informasi.

"Misalnya sekarang ada whatsapp, IG, Facebook, media sosial yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat. Nah disitu digunakan sebagai alat untuk pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang salah," katanya.

Menurutnya, dari pemantauan Kementerian Kominfo telah mencatat dan melabeli sebanyak 1.556 hoaks terkait Covid-19, serta 177 hoaks terkait vaksinasi Covid-19. Biasanya, lanjut Rony, tersebar secara masif di media sosial dengan ciri-ciri khusus, antara lain biasanya ada kalimat "Sebarkan". Isinya provokatif, serta sumbernya tidak jelas.

Dia juga menyinggung kondisi India yang saat ini mengalami tsunami Covid-19 yang luar biasa. Hal ini terjadi karena euforia seolah-olah sudah terlepas dari Covid-19 sehingga tidak taat protokol kesehatan, antara lain dengan melakukan kerumunan dan mobilisasi manusia yang amat tinggi.

Karenanya, Rony mengingatkan, mudik juga berpotensi menjadi sumber penularan Covid-19. Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat tidak mudik dulu pada Idul Fitri tahun ini. "Jangan sampai yang telah telah membaik saat ini bisa rusak akibat mudik," ujar Rony.

  • adv
  • KPCPEN
  • vaksinasi lansia
  • infodemi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!