NUSANTARA

Rizki Dwi Rahmawan: Memberdayakan Penyadap Nira Membuat Gula Tanpa Pengawet

"KBR68H, Jakarta "

Doddy Rosadi

Rizki Dwi Rahmawan: Memberdayakan Penyadap Nira Membuat Gula Tanpa Pengawet
penyadap nira, sweetjava, rizki, satu indonesia awards

KBR68H, Jakarta – Pernah dengar nama Desa Kemawi di Kecamatan Somagede, Jawa Tengah? Letaknya satu jam dari Purwokerto dengan menggunakan sepeda motor. Ia berada di punggung bukit dengan ketinggian sekitar 400 meter dari permukaan laut.

Desa ini mempunyai ribuan pohon kelapa yang tersebar di antara sejumlah pohon lain di kebun warga. Aktivitas utama warga desa tersebut adalah menyadap nira atau dikenal juga dengan sebutan penderes. Setiap hari, penderes memanjat pohon nira, menuai nira yang bisa ditampung, mengganti wadah penampung dan kemudian mengolahnya menjadi gula.

Adalah Rizki Dwi Rahmawan, mahasiswa Akademi Telkom di Purwokerto yang mendampingi para penderes di Somagede. Bersama teman-temannya, dia mendirikan CV Mekanira Nusantara. Berdasarkan hasil observasinya, Rizki berkesimpulan, jika gula merah bisa diubah tampilannya menjadi bubuk atau kristal maka peluang untuk diekspor menjadi lebih besar.

Dalam proses pendampingan para penderes, Rizki dan teman-temannya membantu mengubah gula merah yang biasanya berbentuk bulat menjadi bubuk dan kristal sehingga mudah dikonsumsi. Namun, tidak mudah untuk membujuk penderes yang mereka dampingi untuk menjual gula kristalnya ke CV Mekanira Nusantara.

“Dalam enam bulan pertama pada 2011, produksi hanya sekitar 1 ton gula kristal non kemasan. Sebagian besar dikirim ke Yogyakarta. Ada juga eksportir dari luar negeri yaitu Kanada dan Selandia Baru yang tertarik dengan gula kristal tanpa kemasan,”kata Rizki.

Pasar gula kristal non kemasan justru lebih banyak untuk ekspor. Kisarannya bisa 2 ton per bulan. Sedangkan untuk pasar dalam negeri masih belum menentu karena fluktuatif. Omset perusahaannya pun mulai meningkat dan mencapai Rp50-100 juta per bulan. Akan tetapi, Rizki perlu dana yang besar agar gula kristal produksinya itu bisa dijual dengan kemasan.

Dia menguras tabungannya untuk dijadikan modal tambahan. Ketika tabunganya masih kurang, Rizki menerima bantuan dari sejumlah temannya untuk ikut berinvestasi. Lalu, mulailah gula kristal yang biasanya dijual tanpa kemasan berubah bentuk pada 2012. karena sudah menggunakan kemasan, maka diperlukan sebuah nama. Dipilihlah nama SweetJava. Cita-citanya, gula kristal SweetJava bisa bersaing dengan produk lain yang sudah lebih mapan.

“Saya yakin produk ini bisa bersaing karena SweetJava tidak menggunakan bahan pengawet, bisa disimpan selama dua tahun dan cocok dikonsumsi untuk penderita diabetes karena kadar index glycemic yang rendah,”ujarnya.

Proses untuk mengembangkan produk SweetJava bukan hal yang mudah. Rizki harus dengan sabar memberitahu para petani untuk selalu menjaga kebersihan, terutama kebersihan alat pembuat gula kristal. Apabila alat pembuat tidak bersih maka akan merusak kualitas nira sehingga mengganggu proses kristalisasi. Perlahan tapi pasti, Rizki sudah bisa memberdayakan para petani untuk memproduksi gula kristal dengan kemasan. Namun, masih ada yang kurang, yaitu mesin pengemas denga skala pabrik. Dengan mesin itu, produksi SweetJava bisa digenjot lebih banyak lagi dan lebih cepat.

“Saat ini, pengemasan SweetJava dalam bentuk sachet masih dilakukan manual. Yaitu mulai dari memasukkan gula kristal ke sachet, menyegel dan kemudian memasukkan ke dalam karton. Saya sempat ikut pameran di Semarang beberapa waktu lalu dan ada petani yang menyangka gula kristal SweetJava adalah gula buatan pabrik besar. Padahal, kalau anda melihat sendiri, gula sachet itu dibuat di desa kecil dengan alat yang masih sederhana,”ungkap Rizki.

Rizki tidak sendirian dalam memberdayakan petani. Dia dibantu dinas setempat dalam melatih kelompok tani guna meningkatkan produksi gula kristal tanpa bahan pengawet ini. Saat ini, ada sekitar 100 petani yang diberdayakannya untuk memproduksi gula kristal.

Seiring dengan perjalanan waktu, Rizki masih punya mimpi yang ingin dicapainya.

“Saya ingin SweetJava bisa masuk ke supermarket besar. Saat ini belum bisa karena perlu modal besar untuk bisa memasukkan produk ke supermarket besar. Karena itu, saya berharap PT Astra bersedia untuk membantu agar SweetJava bisa masuk ke supermaket besar,”kata Rizki.

Upaya Rizki memberdayakan penderes di Somagede telah membawanya meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2013 untuk kategori wirausaha. Dia optimistis, produk gula kristal SweetJava bisa diterima di masyarakat dan bersaing ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN dimulai pada 2015 nanti. 

  • penyadap nira
  • sweetjava
  • rizki
  • satu indonesia awards

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!