BERITA

Jumlah Buruh Migran Berkaitan dengan Angka Kemiskinan

""Padahal, Cilacap punya pertamina lho.""

Muhamad Ridlo Susanto

Jumlah Buruh Migran Berkaitan dengan Angka Kemiskinan
Ilustrasi



KBR, Cilacap– Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto menyebut terdapat korelasi langsung antara jumlah buruh migran di Cilacap yang tinggi dengan angka kemiskinan. Peneliti LPPM Univ Jenderal Soedirman Purwokerto, Tyas Retno Wulan mengatakan semakin tinggi jumlah buruh migran menunjukkan indeks angka kemiskinan yang tinggi dan sempitnya lapangan kerja. Sebab, rata-rata pekerja migran merupakan kelas menangah bawah.

Berdasar data terbaru, kata Tyas, Kabupaten Cilacap memiliki jumlah buruh migran tertinggi di Jawa Tengah yakni mencapai 10.753 orang. Sedagkan di Indonesia, Cilacap berada di urutan ketiga setelah Lombok Timur dengan jumlah buruh migran 25.772 orang dan Indramayu, Jawa Barat, 19.064 orang.


Diakui Tyas, angka buruh migran Cilacap semakin menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah buruh migran mencapai 17.592. Kemudian menurun menjadi 16.013 orang pada tahun 2014 lalu dan terakhir 10.753 orang pada tahun 2015.


"Cilacap nomor tiga di Indonesia, nomor satu di Provinsi Jawa Tengah. Ini memprihatinkan. Ini data paling baru. Mengapa saya tadi bilang ini bukan berita yang menggembirakan jika tertinggi nomor tiga di Indonesia? Karena menunjukkan tingginya angka kemiskinan. Padahal, Cilacap punya pertamina lho. Semakin banyak orang yang pergi, semakin banyak persoalan yang dihadapi," katanya, Senin (26/09/2016).

 

Lebih lanjut, Tyas Retno mengatakan, persoalan buruh migran tidak hanya dihadapi oleh buruh yang bersangkutan. Keluarga yang ditinggalkan pun berpotensi bermasalah. Terutama anak yang ditinggalkan. Lembaganya, kata dia, juga tengah meneliti anak-anak yang ditinggalkan oleh ibunya ke luar negeri dan diasuh oleh ayah atau keluarganya.

Dia berharap pemerintah mampu menciptakan lapangan kerja yang berpihak kepada buruh perempuan. Dengan begitu, angka buruh migran di daerah asal semakin menurun.

Editor: Dimas Rizky

  • migran
  • Buruh migran

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!