NUSANTARA

Museum NTT Mirip Rumah Angker

"Ketua Komisi Pendidikan DPRD NTT Winston Rondo mengatakan banyak warga Kota Kupang enggan melirik gedung museum itu, apalagi mampir untuk melihat ribuan koleksi budaya yang tersimpan di sana."

Silver Sega

Museum NTT Mirip Rumah Angker
Ilustrasi. Museum Budaya di NTT. (Foto: tourism.nttprov.go.id)

KBR, Kupang - Komisi pendidikan DPRD Nusa Tenggara Timur mengibaratkan museum milik pemerintah NTT itu seperti rumah angker. Itu karena museum jarang dikunjungi wisatawan.


Ketua Komisi Pendidikan DPRD NTT Winston Rondo mengatakan banyak warga Kota Kupang enggan melirik gedung museum itu, apalagi mampir untuk melihat ribuan koleksi budaya yang tersimpan di sana.


Winston meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT menata museum itu lebih menarik dan membuat terobosan sehingga mengundang orang untuk berkunjung ke museum.


"Ada banyak kritik soal museum negeri satu-satunya milik kita. Tapi dia koq seperti rumah angker begitu. Banyak dari kita justru yang kalau lewat dengan bemo (angkutan kota) pun tidak melirik ke kiri untuk lihat itu museum. Kita memberi catatan, kita minta dibikin makin menarik," kata Winston  Rondo di Kupang, Senin (14/9).


Winston mengatakan untuk membuat museum menarik minat pengunjung perlu dibuat terobosan. DPRD mempersilakan jika untuk kebutuhan itu diambilkan biaya dari APBD.


Museum NTT memiliki sekitar 10.000 artefak kebudayaan yang berasal dari kelompok etnis yang mendiami 22 kabupaten dan kota NTT.


Koleksi museum berupa benda-benda arkeologi, biologi, geologi, geografi, etnografi, sejarah, keramik, numismatik (yang berkaitan dengan uang kuno), heraldik (kajian simbol/lambang), senirupa, filologi, dan teknologi. Koleksi tersebut dikumpulkan sejak tahun 1978.


Koleksi mencakup artefak budaya Nusa Tenggara berupa 10 ribu item benda fisik, foto artefak budaya Nusa Tenggara sebanyak 10 ribu lembar, foto peristiwa budaya Nusa Tenggara sebanyak dua ribu slide dan film seluloid (digital), Video peristiwa budaya Nusa Tenggara sebanyak 50 kaset VHS (non digital).


Koleksi ini dipamerkan di ruang pamer museum, namun sebagian besar disimpan di dalam ruang penyimpanan.


Editor: Agus Luqman  

  • museum
  • kebudayaan
  • benda purbakala
  • benda kuno
  • prasejarah
  • artefak

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!