Bagikan:

Bocah Rohingnya di Aceh Dibekali Pendidikan Informal

Shelter pengungsi di Aceh Utara kini juga dilengkapi dengan fasilitas sarana bermain anak-anak.

BERITA | NUSANTARA

Selasa, 08 Sep 2015 22:14 WIB

Bocah Rohingnya di Aceh Dibekali Pendidikan Informal

Anak-anak pengungsi sedang bermain ayunan di Shelter Rohingnya, Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara. Foto : KBR/Erwin Jalaluddin

KBR, Lhokseumawe– Anak-anak pengungsi di Shelter Rohingnya Kabupaten Aceh Utara memperoleh pendidikan informal tahun ajaran 2015/2016. Puluhan anak kini bisa mendapatkan pendidikan  sejak krisis kemanusian yang terjadi di Myanmar.


Perwakilan Warga Rohingnya, Muhammad Husein mengaku sangat bersyukur dengan adanya bantuan pendidikan kepada anak di pengungsian tersebut. Terlebih, hampir sebagian besar bocah rohingnya tak pernah menikmati sekolah. 


"Alhamdulillah Orang Aceh banyak sayang sama Kita, bagus sekali tolong-menolong dengan banyaknya bantuan kemari. Dan, Alahamdulilah sekali lagi kepada ACT yang sudah tolong sama Kita, mulai belajar disekolah, mengaji. Pokoknya senang sekali, ” ucap Husein yang juga salah satu orang tua wali murid dengan nada bahasa melayu kepada KBR, Selasa (8/9/2015).


Program pendidikan informal yang diajarkan kepada anak-anak pengungsi di Shelter Aceh Utara, difokuskan tentang syariat Islam. Selain itu mereka juga dibekali keterampilan berbahasa asing agar mudah berkomunikasi ketika ditempatkan ke negara ketiga, mulai bahasa Indonesia, Inggris dan Arab.


Upaya memberikan pendidikan informal itu merupakan kerjasama Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh Utara dan sejumlah donatur umat muslim dunia. 


Shelter pengungsi di Aceh Utara kini juga dilengkapi dengan  fasilitas sarana bermain anak-anak seperti perosotan, jungkat-jungkit, ayunan, tempat olahraga, dan lainnya.  


Editor: Malika


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

BERITA LAINNYA - NUSANTARA

Riset: Minim Pemimpin Perempuan di Industri Keuangan

Kabar Baru Jam 7

Kabar Baru Jam 8

Ekspor Makanan Laut Jepang Turun Drastis

Strategi Bertahan UMKM saat Harga Gula Naik

Most Popular / Trending