NUSANTARA

Menarik Anak Muda ke Sungai Komering

"Sungai sekarang penuh sampah."

Mongabay-Green Radio

Menarik Anak Muda ke Sungai Komering
Sungai Komering, mongabay

Sungai Komering adalah salah satu anak Sungai Musi dengan panjang 360 kilometer dan lebar antara 200-300 meter. Di masa lalu, sungai ini memegang peranan penting dalam membangun peradaban masyarakat. Di masa proto-Sriwijaya, misalnya, perahu kajang dari Kayuagung dan Sirah Pulau Padang, melaju di Sungai Komering, lalu masuk ke Sungai Musi, lepas ke Selat Bangka lantas menuju Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Kapal-kapal ini membawa hasil bumi dan gerabah. 


Namun kini pesona Sungai Komering mulai pudar. Menurut Lindasari Iskandar, Ketua TP PKK Kabupaten OKI, air kini sering meluap, banjir, atau malah kering. Yang paling parah adalah masifnya sampah rumah tangga di sana. 


“Kita harus menjaga dan mengembalikan keindahannya,” katanya dalam Workshop Jurnalisme Lingkungan yang digelar Mongabay Indonesia, Green Radio, TAF, yang didukung Walhi Sumsel dan SMAN 3 Unggulan Kayuagung. 


Karena itulah para siswa SMA di Kabupaten OKI mulai dilibatkan untuk melakukan gerakan penanaman tumbuhan hijau, menata pembuangan sampah, mengunggah pemantauan Sungai Komering lewat media sosial, dan lainnya. 


Di akhir workshop, para siswa tertarik meliput apa yang disampaikan Lindasari. Mereka menyusun agenda liputan, baik berupa tulisan, foto, dan video, mengenai Sungai Komering dan lingkungan sekitarnya.


“Kami akan memberikan kesempatan dan memfasilitasi apa yang akan dikerjakan para siswa. Selama ini pula kami sangat mendukung berbagai aktivitas para siswa terkait lingkungan hidup. Baik berupa aksi penanaman pohon, penelitian, maupun penulisan ilmiah,” kata Kepala SMAN 3 Unggulan Kayuagung Sugiyono.


Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti sangat mendukung pendidikan lingkungan hidup yang mengaitkan dengan nilai-nilai budaya. “Membicarakan Sungai Komering melihatnya secara budaya, saya yakin akan meningkatkan kesadaran masyarakat buat menjaga lingkungan hidup. Mereka sadar jika merusak Sungai Komering berarti menghancurkan kebudayaannya. Itu bagus sekali jika dilakukan,” katanya.


Kabupaten OKI dengan luasan mencapai 19.023,47 kilometer persegi, sekitar 735.477 merupakan kawasan hutan. Hutan suaka alamnya hanya 4.828 hektar, hutan lindung seluas 105.159 hektar. Namun, hutan produksi seperti hutan produksi terbatas mencapai 9.986 hektar dan hutan produksi seluas 615.504 hektar.


Luasan lahan rawa gambut di OKI mencapai 700-an ribu hektar. Kebakaran hutan, baik akibat alam maupun industri, serta pembalakan, menyebabkan 80 persen lahannya rusak. Sementara, perkebunan sawit dan HTI berupa akasia di OKI luasannya mencapai hampir 700 ribu hektar. Kondisi lingkungan hidup ini, menjadi tantangan tersendiri bagi Iskandar, yang baru setahun menjabat Bupati OKI.


Tulisan ini adalah kerjasama Mongabay dan Green Radio

  • Sungai Komering
  • mongabay

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!