BERITA

Gubernur Kaltim: Tak Mau Bantu Olahraga, Perusahaan Tidak Tahu Diri!

""Mereka cari duit di Kaltim, menikmati hidup di Kaltim, menjadi bapak angkat saja nggak mau.""

Teddy Rumengan

Gubernur Kaltim: Tak Mau Bantu Olahraga, Perusahaan Tidak Tahu Diri!
Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak. (Foto: diskominfo.kaltimprov.go.id)



KBR, Balikpapan - Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak kecewa dengan perusahaan di daerahnya yang kurang memberi kontribusi bagi perkembangan olahraga, khususnya persiapan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat September 2016.

Awang Faroek mengatakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sebenarnya telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) bagi 47 perusahaan agar menjadi bapak angkat masing-masing cabang olahraga (cabor). Namun, sayangnya tidak semua perusahan yang mau jadi bapak angkat.


Gara-gara itu, kata Awang Faroek, sejumlah program yang telah disusun dalam persiapan menghadapi PON Jawa Barat tidak semuanya bisa terealisasi. Program try out yang dijadwalkan tiga kali hanya menjadi satu kali.


"Banyak pengusaha tidak tahu diri! Mereka cari duit di Kaltim, menikmati hidup di Kaltim, menjadi bapak angkat saja nggak mau. Diatas kerja menyatakan bersedia, (Tapi) tidak konsekuen!" kata Awang.


Awang Faroek pun meminta agar daftar perusahaan yang tidak mau menjadi bapak angkat ataupun berkontribusi bagi olahraga di Kalimantan Timur dibeberkan ke masyarakat.


"Jadi begini saya menyatakan kekecewaan saya," kata Awang Faroek.


Pemerintah Provinsi Kalimantan Timuir sengaja menunjuk bapak angkat bagi masing-masing cabang olahraga, karena mengalami defisit anggaran. Dari anggaran Rp150 miliar yang direncanakan, akhirnya dipangkas lebih dari Rp52 miliar menjadi hanya sekitar Rp97 miliar.


Editor: Agus Luqman


 

  • Kalimantan Timur
  • Awang Farouk Ishak
  • PON XIX 2016 Jawa Barat
  • olahraga

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!