BERITA

JJ Rizal : Ahok Jangan Pakai Pendekatan Purba

"Gubernur DKI Jakarta diminta untuk menjelaskan penggusuran warga di Kampung Pulo yang masih berlanjut hari ini."

Dimas Rizky Chrisnanda

JJ Rizal : Ahok Jangan Pakai Pendekatan Purba
Penggusuran Kampung Pulo/Ninik Yuniati.

KBR, Jakarta- Gubernur DKI Jakarta diminta untuk menjelaskan penggusuran warga di Kampung Pulo yang masih berlanjut hari ini. Budayawan JJ Rizal mengatakan bersama sejumlah pegiat di Kampung Pulo dan ahli tata kota, telah membuat konsep pemukiman di sepanjang bantaran kali. Kata dia, gubernur setuju tentang konsep tersebut. Namun akhirnya, dia tetap menggusur warga di sana.

"Carilah dan tanyalah seperti apa. Mereka sudah sampai ke gambar yang menurut saya plan atau rencanyanya sangat rinci. Yang kita harapkan adalah pemerintah kota jangan menyelesaikan persoalan pemukiman yang dianggap tempat kumuh dengan pendekatan yang sudah purba, dengan wajah kekuasaan yang sangar, yang galak, yang tidak punya prikemanusiaan, tidak punya kemanusiaan, dan menggangap mereka sebagai beban," ujarnya dalam program KBR Pagi, Jumat (21/8). 

Sejarahwan JJ Rizal juga menilai pendekatan yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama juga mirip yang dilakukan pemerintah orde baru.

"Dengan prasangka-prasangka bahwa mereka biang kejahatan, sumber kerusuhan, sumber kotoran, najis. Ini kan perspektif zaman orba yang harus kita bunuh," tambahnya.

Kemarin petugas Satpol PP tetap menggusur warga di Kampung Pulo, Jakarta. Sebenarnya pemprov telah menyiapkan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) pengganti rumah warga yang tergusur. Namun warga tetap menolak kepindahan mereka karena tidak ada proses ganti rugi tanah. Bentrok pun pecah dan mengakibatkan puluhan orang terluka.


Editor : Sasmito Madrim

  • penggusuran warga kampung pulo
  • JJ rizal
  • Ahok

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!