NUSANTARA

Nelayan Masih Keluhkan Kelangkaan BBM

"Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di Tarakan, Kalimantan Utara, hanya dua kali beroperasi dalam sebulan. Meski sebelumnya pemerintah memastikan jatah solar akan kembali normal mulai hari ini, namun kuota pengiriman BBM di daerah tersebut masi"

Indra Nasution

Nelayan Masih Keluhkan Kelangkaan BBM
Nelayan, solar

KBR, Jakarta - Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN)  di Tarakan, Kalimantan Utara, hanya dua kali beroperasi dalam sebulan. Meski sebelumnya pemerintah memastikan jatah  solar akan kembali normal mulai hari ini, namun kuota pengiriman BBM di daerah tersebut masih sangat terbatas.


Salah seorang Nelayan Tarakan, Rustan mengatakan, kondisi tersebut membuat nelayan tak bisa melaut lantaran kapal motor tak bisa dijalankan. Ia bahkan mengaku tak keberatan jika pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi selama stoknya tersedia.


"Kebijakan untuk menaikan silakan dengan catatat barangnya jangan langka, kemudian juga kenaikan jangan terlalu signifikan, artinya mau disamakan dengan nonsubsidi, jangan menderita kita. Tetapi kalau tidak mau dinaikan, lancarkan barang itu awasi, jangan karena pengawasan yang salah kita yang jadi korban, kita mau beli tidak ada barangnya," kata Rustan kepada Portalkbr, Minggu (30/8). 


Rustan bahkan menilai prosedur membeli solar untuk nelayan sangat berbelit-belit. Nelayan harus lebih dulu mendapat rekomendasi dari Dinas Perikanan dan diketahui RT/RW serta kepala desa. 


Sebelumnya BPH Migas mengeluarkan Surat Edaran mengenai pengendalian konsumsi bahan bakar minyak tertentu. Di dalam surat edaran itu, BPH Migas mengurangi jatah solar 20 persen di lembaga penyaluran bahan bakar untuk nelayan. Demi menghemat bahan bakar, KKP juga telah mendorong pengalihmuatan (transhipment) hasil tangkapan ke kapal lain sesuai dengan Permen KP 26/2014 tentang Usaha Penangkapan Ikan.


Editor: Anto Sidharta

  • Nelayan
  • solar

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!