BERITA

Merasa Tak Aman, Jemaat Ahmadiyah Lombok Timur, Salat Ied di Mataram

"Dua jam perjalanan harus mereka tempuh"

Wydia Angga

Merasa Tak Aman, Jemaat Ahmadiyah Lombok Timur, Salat Ied di Mataram
Ilustrasi

KBR, Jakarta- Salah satu jemaat Ahmadiyah Desa Bagik Manis, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Ibrahim mengaku harus menempuh jarak seratus kilometer dari desanya supaya mencapai mushola yang digunakannya nanti untuk salat Ied berjamaah. Kata Ibrahim, mushola inilah yang digunakan seluruh Jemaat Ahmadiyah cabang Mataram untuk menunaikan salat Idul Fitri dan setiap pekannya.

Ia bersama 7 keluarga lain sesama pemeluk Ahmadiyah di Sambelia berencana berangkat beriringan mengendarai motor selama sekira dua jam perjalanan.   

"Jadi 2 jam kita jalan pakai sepeda motor. Ya ke Mataram (juga) kalau Jumatan. (Di lombok memang tidak ada?) Ya tidak ada kan pernah bikin kita dirusak sama orang, di Pancor dulu besar masjid tapi dirusak," ujar Ibrahim kepada KBR (4/7/2016).

Ibrahim menambahkan, pernah ada masjid Ahmadiyah yang berlokasi di Pancor, Lombok Timur akan tetapi pada tahun 2002 masjid tersebut di rusak oleh warga yang menolak Jemaat Ahmadiyah di sana. "Di Pancor dulu besar masjid tapi dirusak," imbuhnya.

Menurut Ibrahim, ia bersama keluarganya setiap tahun melaksanakan salat Ied di Mataram mengingat di daerahnya belum ada Masjid Ahmadiyah yang berdiri.

Saat ini Ibrahim masih menganggap desanya belum aman bagi Jemaat Ahmadiyah untuk beribadah pasca penolakan yang terjadi bulan lalu.

"Kita kalau salat ke luar tidak diapa-apain, yang penting tidak salat di sini. Kalau ke luar ndak papa, aman. Kalau masih di kampung itu salat tidak aman kita. Ada surat perjanjian kalau di luar kampung pasti aman," pungkasnya.

Sebelumnya, Jemaah Ahmadiyah di sana pada Sabtu (18/6/2016), diminta untuk menandatangani surat perjanjian supaya mereka meninggalkan aliran Ahmadiyah beserta beberapa tuntutan lain.

Beberapa diantaranya tidak boleh berkumpul, mendatangkan mubaligh, salat berjamaah dan harus memberikan buku-buku mereka. Namun menurut Ibrahim, dengan terpaksa mereka menandatangani surat perjanjian tersebut dengan pengecualian dua syarat yakni keluar dari Ahmadiyah dan memberikan buku Ahmadiyah. 

Editor: Dimas Rizky

  • Ahmadiyah
  • salat Idul Fitri
  • Idul Fitri

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!