BERITA

Pemeluk Halaika Tinggal 300an Orang

"Halaika adalah agama lokal yang dianut warga Suku Boti, NTT. "

Silver Sega

Pemeluk Halaika Tinggal 300an Orang
Satu keluarga masyarakat Boti menempati sebuah gubug terbuat dari rumbiai di desa Boti, NTT. Suku Boti masih mempertahankan budaya nenek moyang mereka. Foto: Antara

KBR, NTT- Suku Boti di Kecamatan Kabupaten Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur sampai saat ini masih tetap memeluk agama suku Halaika. 

Kepala Suku Boti, Nama Nune mengatakan pemeluk agama suku tinggal hanya 76 kepala keluarga atau 318 jiwa. Yang lain sudah pindah ke agama baru. Nama Nune mengatakan tidak ada ritual atau ibadah dalam agama Hailika. Hanya pada hari ke-9, semua penganut Halaika wajib berkumpul untuk membicarakan apa yang harus dikerjakan sembilan hari berikutnya.

"Bapa Raja bilang ini orang Timor asli ini dari dulu itu dia tidak beragama. Kalau agama ini, baru-baru ini baru agama. Hanya dia punya hari. Ini halaika ini dia  punya hari, harinya ke sembilan sama ke hari minggu. Hari ke 9 ini istirahat untuk diskusi kerja lagi. Besok kerja apa, lusa kerja apa," kata, Kepala Suku Boti Nama Nune yang diterjemahkan seorang pengikutnya, Rabu (17/6/2015).


Kepala Suku Boti, Nama Nune mengatakan, penganut agama suku atau Halaika hanya yakin pada Uis Neno atau penguasa langit dan Uis Pah atau penguasa bumi. Dia mengatakan, sebagian warga suku Boti menolak disebut halaika, karena kata itu bisa berarti tidak bertuhan. Warga suku Boti penganut Halaika itu tinggal atau menetap di daerah sekitar istana kepala suku. Sedangkan yang sudah memeluk agama baru, tinggal di luar istana kepala suku Boti. Jumlah mereka 500 lebih kepala keluarga atau 1800 lebih jiwa. 

Tempat tinggal antara warga suku Boti pemeluk agama suku dan agama baru dibatasi dengan pagar pembatas kampung.  

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • Suku Boti
  • agama Suku
  • Halaika
  • Ritual agama

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!