NUSANTARA
Kualitas Pendidikan di Pidie Aceh Belum Merata
"Sekolah Dasar (SD) favorit di Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh tak mampu menampung tingginya peminat yang mendaftar menjadi calon siswa baru tahun ajaran 2013/2014."
radio mutiara
KBR68H, Pidie - Sekolah Dasar (SD) favorit di Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh tak mampu menampung tingginya peminat yang mendaftar menjadi calon siswa baru tahun ajaran 2013/2014.
Kepala SD Negeri 1 Sigli, Kartini mengaku daya tampung siswa baru di SD yang dipimpinnya hanya 60 siswa. Sedangkan jumlah pelamar yang sudah mengambil formulir mencapai 100 lebih. Sekolah terpaksa membuat tes kepada calon siswa baru.
"Untuk menampung calon siswa baru sangat terbatas. Karena ketersediaan ruang belajar hanya dua lokal saja,” ungkapnya.
Kartini menambahkan, penerimaan calon siswa baru seharusnya diprioritaskan kepada rayonisasi. Namun banyak pelamar datang dari luar rayon, sehingga sekolah kewalahan untuk melayani pelamar.
Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Pidie, Bukhari Thaher, mengatakan kecenderungan orang tua siswa mendaftarkan anak mereka di sekolah favorit karena kualitas pendidikan yang dinilai lebih baik.
Diakuinya, selama ini kualitas pendidikan di Pidie tidak merata, dikarenakan tenaga didik yang kurang mamadai, khusunya di kawasan terpencil.
Selain itu, jumlah sekolah Taman Kanak - Kanak juga semakin bertambah. Tidak kurang dari 87 TK negeri dan swasta yang ada di Pidie, setiap tahun menghasilkan lulusan dan siap melanjutkan ke Sekokah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
"Ini merupakan masalah serius yang dihadapi daerah setiap tahun ajaran baru. Di satu sisi menegakkan wajib belajar 12 tahun. Di sisi lain keterbatasan ruang belajar di setiap sekolah terutama SD, juga merupakan kendala tersrndiri yang dihadapi oleh Disdik di daerah,” ungkapnya.
Sumber: radio Mutiara
Editor: Antonius Eko
- kualitas pendidikan
- pidie
- aceh
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!