BERITA

Pengembangan Kopi Indonesia Masih Dibayangi Banyak Kendala

"Produktivitas tanaman kopi masih rendah sekitar 60% dari potensi produksi."

Friska Kalia

Pengembangan Kopi Indonesia Masih Dibayangi Banyak Kendala
Tanaman kopi di kebun percontohan Puslitkoka Desa Andungsari, Kecamatan Pakem, Bondowoso, Selasa (10/5/2016). Foto : Friska Kalia/KBR

KBR, Bondowoso– Meski menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar dari sektor perkebunan, pengembangan kopi ternyata tak lepas dari berbagai kendala.

Kepala Balai Besar Perlindungan Perbenihan Tanaman Perkebunan (B2P2TP) Ardi Praptono dalam kunjungannya ke Bondowoso mewakili Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian RI mengatakan, sejumlah kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan kopi adalah rendahnya produktivitas tanaman kopi saat ini.

“Masih banyak kendala baik di hulu dan hilir yang perlu penanganan secara intensif. Misalnya soal produktivitas tanaman yang masih rendah sekitar 60% dari potensi produksi,” kata Ardi Praptono di acara Temu Lapang Kopi 2016, di Kebun Percontohan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Desa Andung Sari, Kecamatan Pakem, Bondowoso, Jawa Timur, hari ini, Selasa (10/5/2016) 

Ardi Menambahkan permasalahan lain adalah rendahnya mutu produk karena penanganan pasca panen yang kurang tepat. Selain itu, minimnya penerapan teknologi karena keterbatasan sarana dan prasarana, serta luasnya areal yang belum tergarap maksimal juga menjadi kendala.

Kendala ini pula, kata Ardi, yang menempatkan Indonesia di posisi ketiga sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Padahal, jika dilihat dari sumber daya alam dan potensi yang ada, Indonesia bisa berada jauh diatas Vietnam.

Menurutnya, untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, Kementerian Pertanian bersama Puslitkoka serta pemerintah di setiap daerah penghasil kopi harus memiliki komitmen yang sama terhadap pengembangan kopi.

"Upaya yang bisa dilakukan antara lain melalui peremajaan, rehabiltasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diservisikasi lahan serta pemilihan benih unggul."Jelasnya.

Saat ini, luas lahan kopi di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar. Luasan tersebut terdiri dari 900 ribu hektar kopi robusta dan 330 ribu hektar kopi arabika. Dari jumlah tersebut, 96,19% diantaranya dikelola oleh rakyat dan mendatangkan penghasilan bagi sekitar 1,8 juta kepala keluarga. 


Bondowoso Deklarasikan Diri Sebagai Republik Kopi 


Pada acara Temu Lapang Kopi 2016 ini, Bupati Amin Said Husni mendeklarasikan Bondowoso sebagai Republik Kopi.  Mennurut Amin Said Husni, jargon sebagai Republik Kopi ini dianggap tepat disematkan kepada Bondowoso, yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia.


“Bondowoso bertekad menjadi Republik Kopi yang bisa menjadi pemasok kopi baik untuk pasar domestik maupun internasional. Potensi masih sangat besar utamanya kopi arabika karena hasilnya lebih menjanjikan,” kata Amin.


Amin bercerita, sejatinya Bondowoso sudah menjadi daerah penghasil kopi sejak zaman Belanda yang kemudian dikelola oleh PTPN XII. Sejak 2011, Pemkab membangun kerjasama dengan petani kopi rakyat dengan pembentukan kluster kopi.


Hasilnya, saat ini Bondowoso memiliki sekitar 7.000 hektar lahan kopi arabika dan 5.500 hektar lahan kopi robusta. Dari luasan tersebut, Bondowoso juga telah mengekspor kopi ke berbagai negara di Amerika dan Eropa.  


Editor: Malika

  • kopi
  • produktivitas kopi
  • Bondowoso

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!